Perayaan Waisak adalah satu-satunya hari besar Buddhis yang dijadikan hari libur nasional. Di hari Trisuci Waisak inilah umat Buddha tumpah ruah di vihara. Jika pada pujabakti biasa, baktisala jarang penuh, di perayaan Waisak, umat Buddha melimpah ruah. Ruang pujabakti tidak muat (meski jarak antarumat sudah sangat dekat, baik ke samping maupun ke depan dan belakang), sampai di sisi luar vihara pun dipenuhi umat. Ini fenomena biasa di agama mana pun.
Umat (maaf jika ada yang memberi istilah umat "kapal selam" karena muncul di Waisak tahun ini, nanti muncul lagi di Waisak tahun depan) atau ada juga yang memberi label "Buddha KTP" muncul pada perayaan Waisak ini. Bagi penulis, perayaan Waisak ini adalah etalase bagi vihara yang bersangkutan untuk menarik umat yang jarang datang.
Waisak ini ibarat di sekolah anak kami, sekolah mengadakan "open house". Di "open house" ini, sekolah mengadakan pameran semua kegiatan sekolah (prestasi anak didik mereka dipajang, info fasilitas sekolah, sekolah dihias, diadakan aneka lomba, aneka permainan, discount khusus bagi yang mendaftarkan anaknya saat "open house", dan lain-lain).
Mengapa vihara tidak mengadakan hal serupa? Umat yang datang hanya setahun sekali diberi tontonan yang menghibur (khususnya Sekolah Minggu Buddhis/ SMB).
Seharusnya SMB dihias secantik mungkin, pajang semua foto kegiatan SMB yang menarik, diadakan aneka lomba, diadakan kuis menarik dengan hadiah yang menarik. Kita berharap, umat tahunan ini tertarik lagi untuk datang minggu depan sehingga selanjutnya secara rutin datang ke vihara.
Sayang sekali jika kegiatan SMB pada perayaan Waisak tidak berbeda dengan kegiatan SMB rutin pada hari Minggu. Hanya pujabakti, menyanyikan lagu Buddhis, tanya jawab Dhamma, dan kegiatan rutin lain. Seharusnya ada lomba dengan hadiah yang menarik, pentas seni (nyanyi, tari, baca puisi, atau yang lain), atau kegiatan lain yang membuat perayaan Waisak tidak seperti kegiatan SMB biasa.
Mirip dengan pedagang di acara tertentu (misalnya ada pameran atau bazar). Sayang sekali jika Anda keluar uang ekstra menyewa stand, barang yang Anda pajang sama dengan yang tersedia di toko Anda sehari-hari, tanpa discount khusus, tanpa ada sesuatu yang lebih untuk menarik pengunjung.
Memang di sana pengunjung lebih banyak tapi omset Anda mungkin tidak akan menutupi biaya yang Anda keluarkan karena pesaing Anda melakukan sesuatu yang lebih daripada yang Anda lakukan. Uang lebih yang Anda keluarkan (sewa stand) hanya memberi Anda pemandangan calon pembeli yang lebih banyak daripada calon pembeli di toko Anda pada hari biasa (seperti banyaknya umat yang hadir di perayaan Waisak). Tapi itu semua tidak memberi omset lebih karena calon pembeli yang membludak tidak mendapatkan sesuatu yang lebih menarik daripada apa yang Anda tampilkan di toko Anda sehari-hari.,
Jika kita tidak peduli, anak-anak Buddhis (calon generasi penerus) akan banyak yang pindah. Sekolah Buddhis di Indonesia masih jarang, banyak umat Buddha yang bersekolah di sekolah dengan basis agama lain. Lima atau enam hari mendapat pendidikan dengan basis agama lain, jika 1 hari saja (Minggu) tidak ke vihara untuk mengenal Buddha Dhamma, akankah mereka bertahan sebagai Buddhis???
Apa kegiatan SMB di vihara Anda??? Ayo share di kolom komentar di bawah ini agar saling menginspirasi SMB di kota lain.
Kami tunggu komentar Anda. Anumodana...
Catatan:
Jika Anda pengurus Sekolah Minggu Buddhis (SMB), kami mengharapkan Anda mengirimkan info + fotyo kegiatan SMB saat Waisak di vihara Anda, lalu kirimkan ke: hfj1105@yahoo.com
Kami akan muat di blog ini dengan label "Seputar SMB". Jangan lupa sertakan foto-foto terbaik dari kegiatan Waisak SMB vihara Anda.
Foto-foto kegiatan Waisak SMB dari vihara Anda, akan kami buat menjadi slide dan di-upload ke YouTube bersama foto-foto dari vihara-vihara lain di seluruh Indonesia. Kami tunggu kiriman liputan kegiatan SMB dan fotonya paling lambat Jumat, 31 Juli 2015.
Semoga tayangan slide ini nantinya memberi inspirasi kegiatan SMB-SMB lain.
Anumodana... _/l\_
0 komentar:
Posting Komentar