Vihara dan Kelenteng

Banyak umat awam yang masih belum memahami perbedaan dari kelenteng dan vihara. Kelenteng adalah bangunan tradisional Tionghoa yang lebih bersifat kebudayaan sedangkan vihara adalah bangunan ibadah dari pengikut ajaran Buddha. Meskipun juga digunakan sebagai ibadah, kelenteng lebih merupakan tempat ibadah para umat kepercayaan tradisional Tionghoa atau juga ajaran Buddha aliran Tri Dharma (peleburan dari Taoisme, Konfusianisme, dan Buddhisme); sedangkan vihara adalah tempat ibadah agama Buddha.

Banyak orang awam yang tidak mengerti perbedaan dari kelenteng dan vihara. Kelenteng dan vihara pada dasarnya berbeda dalam arsitektur, umat, dan fungsi.

Kelenteng pada dasarnya berarsitektur tradisional Tionghoa dan berfungsi sebagai tempat aktivitas sosial masyarakat selain dari fungsi spiritual. Vihara berarsitektur lokal dan biasanya mempunyai fungsi spiritual saja. Namun, vihara juga ada yang berarsitektur tradisional Tionghoa seperti pada vihara Buddhis aliran Mahayana yang memang berasal dari Tiongkok.

Perbedaan antara klenteng dan vihara kemudian menjadi rancu karena peristiwa G30S pada tahun 1965. Imbas peristiwa ini adalah pelarangan kebudayaan Tionghoa termasuklah itu kepercayaan tradisional Tionghoa oleh pemerintah Orde Baru. Klenteng yang ada pada masa itu terancam ditutup secara paksa.

Banyak kelenteng yang kemudian mengadopsi istilah dari bahasa Sanskerta ataupun bahasa Pali, mengubah nama sebagai vihara dan mencatatkan surat izin dalam naungan agama Buddha demi kelangsungan peribadatan.

Meskipun sekarang kebudayaan Tionghoa sudah diizinkan kembali, namun masih ada beberapa yang masih keliru membedakan kelenteng dan vihara.


TautanSumber: Garvin, Wikipedia.





Catatan:
Bila dilihat sekilas, yang membedakan vihara dan kelenteng jelas terlihat. Warna kelenteng pasti lebih mencolok dan didominasi warna merah. Kemudian arsitektur-nya, kelenteng berarsitektur Tiongkok, dengan banyak ornamen khas Tiongkok seperti naga, lampion, huruf kanji (China), dan di dalamnya banyak patung dewa-dewa.

Category:

0 komentar: