Anak Tak Mau Ikut SMB???

Pembagian hadiah usai perayaan 17 Agustus-an di TP Vidyasagara, Sumber foto: TP Vidyasagara

Penulis mendapat kabar dari teman di luar kota (sebut saja dari kota A), anaknya tidak mau ke vihara, tentu saja tidak ikut SMB (Sekolah Minggu Buddhis).

Mengapa? Acaranya tidak menarik. Di lain kesempatan, penulis juga mendapatkan kasus sama. Anak susah sekali diajak ikut SMB, padahal mayoritas anak-anak Buddhis bersekolah di sekolah swasta berbasis non-Buddhis. Senin hingga Jumat mereka mendapat materi bukan agama Buddha (setidaknya bukan doa secara Buddhis). Masa' hari Minggu pun (cuma sekali seminggu), anak-anak juga tidak mendapatkan pengetahuan Dhamma???

Ini masih "mendingan" karena orangtuanya ada niat mengajak anak ke vihara. Di sisi lain, ada banyak keluarga yang secara administrasi beragama Buddha, tapi mereka tidak (baca: jarang) ke vihara.


Kasus "Mendingan"
Tadi penulis mengatakan mendingan karena orangtuanya sudah ada niat ke vihara, anaknya yang tidak mau ke vihara. Sayangnya tidak semua orangtua dapat memberikan bekal Dhamma kepada putra-putrinya (menggantikan peran Kakak Pembina di SMB).

Sebenarnya, kalaupun orangtuanya bisa mengajarkan Dhamma kepada putra-putrinya, anak juga tetap perlu ke vihara dan ikut SMB. Di sana ia bisa belajar bersosialisasi, belajar sambil bermain dengan teman, dan hal lain yang tak ia dapatkan kalau belajar Dhamma di rumah. Mirip seperti anak yang belajar di sekolah konvensional dan home schooling.


Anak Mogok ke SMB
Sebenarnya kasus anak yang tak ikut SMB adalah hal yang umum terjadi. Banyak hal yang menjadi penyebabnya (bukan faktor tunggal). 

Ada faktor orangtua (orangtuanya sendiri jarang ke vihara), faktor anak (santai di rumah dan main ke mal, umumnya lebih menarik dibandingkan ikut SMB), SMB itu sendiri (suasana SMB, materi Dhamma di SMB, dan Pembina SMB, tidak menarik di mata anak), dan faktor-faktor lain.


Hadiah untuk Si Kecil
Beberapa tahun lalu, hal yang sama pun terjadi di keluarga penulis. Kedua anak kami juga malas (ogah-ogahan), saat diajak ke vihara. Penulis pikir, anak masih kecil (masih bisa dikendalikan/diarahkan oleh orangtua), masa' kami yang kalah? Masa' kami sekeluarga tidak ke vihara gara-gara si kecil tidak mau ke vihara?

Jadi, apa yang kami lakukan? Pertama kami bujuk dengan aneka hadiah. Apa yang sedang menjadi kesukaannya, itulah yang kami tawarkan sebagai hadiah jika mereka mau ikut SMB. Dulu mereka sedang keranjingan main game Animal Kaiser dan baca buku. Jika mereka mau ikut SMB, pulang dari vihara kami ajak mereka ke mal, main game Animal Kaiser atau beli buku. 

Mereka mau? Oh tentu saja mau. Minggu ini main game Animal Kaiser, minggu depannya beli buku. Dengan cara ini, hingga sekarang, mereka terbiasa dan enjoy saja diajak ke vihara dan ikut SMB. Tidak perlu iming-iming hadiah lagi.

Bahkan, saat kami sekeluarga tidak bisa ke vihara karena ada keperluan lain (misal ada famili yang menikah, ada tamu dari luar kota, dan hal lain), Linda (istri penulis), berinisiatif mengadakan "sekolah Minggu" (hehehe... padahal pelaksanaannya hari Sabtu). 

Istri akan melakukan tanya jawab seputar Dhamma atau membacakan kisah Jataka, atau bisa juga bersama-sama kami mendengarkan ceramah Dhamma dari channel YouTube.

Hadiahnya? Mereka boleh jajan ke warung, biasanya beli es krim yang mereka suka.

Itu trik yang kami lakukan agar anak mau ikut SMB. Semoga sharing pengalaman ini bermanfaat bagi rekan-rekan se-Dhamma yang menghadapi masalah yang sama.

0 komentar: