Waktu kuliah dulu (terutama di akhir studi, menjelang KKN dan skripsi), penulis latihan vegetarian. Teman kuliah ada yang berkomentar, "Aneh... katanya pantang makan daging. Kok ikan juga tidak dimakan?" Kalau yang ini, "aneh"-nya hanya karena masalah bahasa (mungkin termasuk kategori kelirumologi ya?). Orang sering beranggapan daging itu hanya daging sapi, daging kambing, dan mungkin juga daging ayam. Tapi kalau ikan, ya ikan, bukan daging.
"Bukan hanya ikan, udang kering (ebi) pun tidak dimakan. Berusaha menghindari makan makanan yang berasal dari makhluk hidup" ujar penulis. Hal ini pun sering disalahtafsirkan. Pandangan umum, makhluk hidup itu manusia, hewan, dan tumbuhan. Kalau tidak makan dari ketiga sumber itu, makan apa dong? Makan batu?
Jadi lebih pas kalau dibilang "Berusaha menghindari makan makanan yang berasal dari hewan." Meski pun ini juga kadang membuat mereka bingung, kok minum susu dan ada juga yang makan telur.
Teman baik penulis juga pernah memandang "aneh" pada penulis. "Kamu yang beragama Buddha, kok kamu mau belajar dan bermain sulap?" dia bertanya. "Di agama kami tidak boleh bermain dan belajar sulap" lanjutnya. Kalau ini, "aneh"-nya bukan soal bahasa. Tapi yang "aneh" adalah pemikiran orang-orang dalam memandang sulap. Masih banyak yang memandang segala sesuatu kejaiban sulap itu berkat bantuan makhluk bernama jin, setan, iblis, dan sejenisnya. Kok mau-maunya bersekutu dengan setan demi bisa memainkan sulap?
Kalau Anda masih berpandangan bahwa keajaiban sulap itu berkat bantuan jin, sebaiknya Anda cari info lebih jauh mengenai sulap. Sekedar info, sulap itu hanya trik.
Cerita ketiga ini mungkin yang paling "aneh." Seorang teman Buddhis pernah cerita hal ini di milis Buddhis. Dia sering makan di warung pinggir jalan. Suatu ketika, dia mampir untuk makan. "Pak, pecel lele-nya masih ada?" tanya teman penulis tadi. "Ada Dik..." jawab penjualnya. "Ikan lele-nya masih hidup Pak?" lanjutnya. "Wah... tentu saja. Masih hidup semua dan gede-gede. Silakan pilih, mau yang mana?" jawab penjual sambil berpromosi dengan penuh semangat. "Kalau begitu, nasi ayam goreng saja Pak" jawab teman penulis.
Bagi yang bukan Buddhis, tentu reaksi teman penulis tadi sungguh aneh. Dia sendiri yang tanya, apakah ikan lele-nya masih hidup. Biasanya, orang akan bersemangat memilih atau memesan menu yang bahan utamanya masih hidup. Masih segar. Anda juga pasti terheran-heran kalau di lain waktu, Anda berada di tempat yang sama dengannya. Ketika penjual mengatakan, "Maaf Dik, ikan lele-nya sudah mati semua." Teman penulis malah dengan semangat menjawab "Pesan 1 porsi nasi pecel lele Pak!"
Bila ada pilihan pekerjaan bagi seorang Buddhis. Tukang potong ayam, buruh pabrik racun serangga, dan karyawan lapangan mobil penyedot tinja, mana yang akan dipilih? Penulis yakin, pilihan jatuh pada pilihan ke-3 yakni: karyawan lapangan mobil penyedot tinja. Nah... Buddhis memang benar-benar aneh ya?
0 komentar:
Posting Komentar