B.04 Bhikkhuṇī Paṭācārā

 


Bhikkhuṇī Paṭācārā
Yang Unggul dalam Mengingat Vinaya


Seorang putri keluarga kaya di Sāvatthī lari dari rumah bersama pelayan yang ia cintai menuju sebuah desa. Ketika mengandung dan saat hari kelahiran dekat, ia diam-diam berangkat ke Sāvatthī. Suaminya menyusulnya. Namun, di tengah jalan, putra mereka lahir. Mereka pun kembali ke desa.

Saat mengandung anak kedua, ia berniat membawa putra pertamanya pulang ke Sāvatthī. Suaminya mengejar dan membujuknya pulang, tetapi putra kedua mereka pun lahir di jalan. Malam itu terjadi badai hebat. Suaminya pergi mencari ranting dan daun untuk mereka berteduh. Namun, tak kunjung pulang.

Pagi itu, Sang Istri sangat kaget saat menemukan suaminya tewas dipatuk ular. Dalam sedih, ia meneruskan perjalanan. Saat harus melewati sungai deras, ia Merasa tak mampu menyeberang sungai dengan membawa dua putranya sekaligus. Ia lalu membawa bayinya menyeberang terlebih dahulu. Setelah meletakkan bayinya di tempat yang kering, ia kembali untuk menjemput putra sulungnya. Tiba-tiba, seekor elang menyambar dan menggondol bayinya. Serta-merta, ia berteriak panik, melambai-lambaikan tangan mengusir elang. Melihat ibunya melambai-lambai, putra sulung mengira bahwa ibunya memanggil. Ia masuk ke sungai untuk mendatangi ibunya, namun ia hanyut karena derasnya arus.

Sang ibu lalu meneruskan perjalanan sendiri. Saat dekat dengan rumah, ia mendengar kabar bahwa seluruh keluarganya tewas saat badai semalam merobohkan rumah keluarganya.

Ia pun menangis histeris, berjalan berputar-putar, hingga kain yang menutupi tubuhnya lepas dan jatuh. Karena itu, ia dipanggil “Paṭācārā” yang berarti “penginjak kain”. Suatu ketika, Bhagavā melihatnya dan berkata, “Saudari, sadarlah!” Seketika itu Paṭācārā sadar. Setelah seseorang menutupi tubuhnya dengan kain, Bhagavā menasihatinya.

Paṭācārā pun menembusi kesucian pertama dan menjadi bhikkhuṇī. Suatu ketika, saat sedang mencuci kaki, Bhikkhuṇī Paṭācārā merenungi bahwa kematian dapat menimpa pada usia muda, sedang, atau tua. Bhagava lalu mengirim cahaya kemilau di hadapannya dan membabarkan Dhamma. Seketika itu, ia menjadi Arahanta.

Karena pengalaman hidupnya, Bhikkhuṇī Paṭācārā piawai membimbing bhikkhuṇī lainnya dan mempelajari Vinaya bhikkhuṇī secara mendalam.

Salam Dharma.


Sumber: Ehipassiko Foundation

Category:

0 komentar: