Sewaktu membaca Petavatthu (Bab I.5 Peta di Luar Dinding) di situs Samaggi Phala, penulis merasa ada yang janggal. Di sana (di alinea ke-4) tertulis nama Visakha, dan jika dicermati, Visakha yang diceritakan di sana adalah seorang laki-laki. Ini kutipannya:
... Wakil mereka di daerah itu menjadi raja Bimbisara sedangkan bendahara mereka, putra perumah tangga itu, menjadi pedagang kaya Visakha yang beristrikan Dhammadina, putri seorang pedagang kaya. ...
Padahal yang selama ini kita tahu, Visakha itu seorang perempuan (silakan klik: Visakha - Wanita Penyokong Terbesar Sang Buddha).
Ternyata tulisan dalam bahasa Pali, jika ditulis tanpa tanda diakritik akan membingungkan dan menimbulkan salah duga.
Visākha (nama untuk laki-laki)
Visākhā (nama untuk perempuan)
Semua huruf sama, huruf terakhir pun sama, sama-sama huruf a (hanya bedanya untuk nama laki-laki pakai huruf a biasa dan untuk nama perempuan a dengan garis di atasnya (ā).
Hal ini mengingatkan penulis pada nama Èndang dan Endang.
Nama Èndang (huruf awalnya seperti pada kata ènak), umumnya adalah nama perempuan. Sementara Endang (huruf awalnya seperti pada kata emas), khususnya di Jawa Barat adalah nama laki-laki.
Hmmm... ngomong-ngomong soal nama (terutama nama Buddhis). Apakah rekan-rekan se-Dhamma tau bahwa nama Anāthapiṇḍika dan Revata adalah nama untuk laki-laki??? Jika berkenan, silakan tuliskan komentar Anda di kolom komentar.
0 komentar:
Posting Komentar