- melepaskan hewan ke lingkungan yang tidak sesuai untuk bertahan hidup
- melepaskan spesies yang bersifat invasi (menjajah) ke lingkungan yang habitannya mungkin tidak memiliki predator alami
- melepaskan hewan yang dapat menyebabkan penyakit yang mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati
- praktik maraknya penangkapan atau membiakkan hewan secara eksplisit untuk tujuan fang sheng — biasanya dengan imbalan uang — yang menghasilkan siklus penderitaan dan kemalangan yang terus-menerus bagi hewan-hewan yang “dibebaskan”.
Bhagavant.com,
Wellington, Selandia Baru – Salah satu tradisi Buddhis yaitu fang sheng (放生 – fàngshēng), jika tidak dilakukan dengan benar dapat menyebabkan bencana ekologis, kata seorang pakar lingkungan hidup di Selandia Baru.
Tradisi fang sheng atau melepas kehidupan dengan cara
melepaskan hewan yang tertangkap ke alam dipraktikkan oleh sejumlah umat
Buddhis di hampir semua tradisi agama Buddha. Tradisi ini dipandang
sebagai cara ideal mendapatkan karma baik melalui tindakan belas kasih
yang sederhana untuk membuat dunia sedikit jauh lebih baik.
Namun sayangnya, seperti halnya dengan niat baik lainnya, ketika
tidak dipraktikkan secara sadar dan dengan kebijaksanaan, hal itu dapat
menghasilkan lebih banyak kerugian daripada kebaikan. Sebagai contoh,
melepaskan hewan ke habitat yang bukan aslinya dapat mematikan hewan
yang dilepaskan tersebut, dan dalam beberapa kasus dapat mendatangkan
bencana pada ekosistem yang peka.
“Meskipun bermaksud baik, melepaskan hewan yang tertangkap ke alam
liar sering kali bukan demi kepentingan hewan yang dilepaskan itu dan
juga dapat membahayakan lingkungan alam kita,” kata Dr. Imogen Bassett,
penasihat utama biosekuriti Dewan Auckland, seperti yang dilansir New
Zealand Herald, Minggu (13/1/2019).
“Hewan yang dibebaskan mungkin tidak dapat menemukan makanan yang
cukup, tempat tinggal, atau beradaptasi dengan lingkungan di sekitar
mereka, yang mengarah ke masalah kesejahteraan hewan.”
Fang sheng secara tradisional melibatkan pembebasan hewan
yang seharusnya dibunuh — seperti ikan yang dibeli dari nelayan atau
restoran makanan laut, atau hewan ternak dari rumah jagal. Namun di
tengah semakin populernya fang sheng di komunitas-komunitas
Buddhis di seluruh dunia, harus diakui bahwa ada banyak konsekuensi yang
tidak terduga dan berpotensi negatif, baik untuk hewan yang dilepaskan
maupun untuk lingkungan yang mereka masuki.
Sebagai contoh, Dr. Basset mencatat bahwa ekosistem Selandia Baru
sangat rentan terhadap pengenalan spesies non-asli. “Hewan seperti
kura-kura atau ikan koi yang bukan asli Selandia Baru dapat berdampak
buruk pada spesies asli kami dan memberi tekanan tambahan pada ekosistem
air tawar kami yang sudah rapuh,” katanya.
Beberapa aspek masalah dari fang sheng yang tidak dilakukan secara benar antara lain:
Sebagai contoh, Dr. Basset mengamati bahwa kura-kura slider
bertelinga merah (kura-kura Brazil), yang aslinya berasal dari Amerika
Serikat bagian selatan dan Meksiko utara, adalah salah satu dari 100
spesies invasi terburuk di dunia, dan dapat mengganggu stabilitas
ekosistem yang rentan ketika diperkenalkan. Sebagai hasil dari
popularitasnya sebagai hewan peliharaan, kura-kura Brazil telah menjadi
mapan di banyak daerah di dunia, di mana ia sering mengungguli spesies
aslinya.
Seorang praktisi fang sheng di Selandia Baru yang tidak
disebut namanya yang diwawancarai oleh surat kabar New Zealand Herald
menjelaskan bahwa ia lebih suka membeli kura-kura untuk melepas
kehidupan karena mereka melambangkan umur panjang dalam kosmologi
Tionghoa dan akan mendapatkan pahala yang lebih besar. Ia mengatakan
membeli kura-kura peliharaan secara online seharga antara 370 ribu
hingga 930 rupiah.
Praktisi fang sheng lainnya yang diwawancarai oleh surat
kabar itu mengatakan mereka telah melepaskan belut dan ikan yang dibeli
dari restoran dan pasar ke sungai dan laut.
Tony Fernando, dosen kesehatan senior Universitas Auckland yang juga
seorang Buddhis, menyarankan bahwa ada cara lain, yang mungkin lebih
baik daripada melepaskan kehidupan bagi umat Buddhis yang berbelas kasih
untuk mendapatkan karma baik.
“Membebaskan hewan adalah tradisi mulia belas kasih dalam tindakan,”
katanya. “Tetapi praktik yang lebih praktis dan yang pasti lebih sulit
adalah mempraktikkan kebaikan dalam ucapan, pikiran, dan tindakan secara
sadar, setiap hari — tidak hanya untuk hewan, tetapi juga untuk
keluarga, kolega, teman, dan orang asing.”[Bhagavant, 2/2/19, Sum]
Sumber: Bhagavant
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar