Apa yang terlintas di benak Anda saat mendengar kata "magic"? Tak dipungkiri, di Indonesia, saat mendengar kata "magic', yang terlintas di benak cukup banyak orang adalah hal mistis, klenik, perdukunan, jin, setan, iblis, makhluk dari alam kegelapan.
Padahal terjemahan kata "magic" dalam bahasa Indonesia adalah sulap. Celakanya lagi, masih banyak pula orang yang menganggap sulap itu berbau mistis. Padahal sulap adalah cabang seni, seperti halnya tari, musik, drama/akting, seni lukis, dan lain-lain.
Sulap tidak menggunakan bantuan jin dan sejenisnya. Sulap itu hanya seni memanipulasi untuk menghibur. Semua bisa dijelaskan secara ilmiah. Anda yang menganggap sulap = mistis, mungkin mirip seperti orang dari suku pedalaman yang baru melihat HP, remote TV, dan alat teknologi lainnya. Mereka mungkin mengira kita orang sakti, pencet tombol remote, TV bisa menyala, dan lain-lain. Padahal itu hanya produk teknologi yang belum mereka ketahui cara kerjanya.
Kertas dilipat, ketika dibuka, jadilah uang kertas dan boleh diperiksa, itu asli. Kalau memang pesulap sesakti itu, mengapa mereka masih harus tampil di berbagai tempat demi uang? Bukankah lebih enak di rumah saja melipat kertas dan sebut "Sim salabim" kertas akan jadi uang. Apakah contoh ini sudah sedikit menjelaskan bahwa sulap itu hanya seni memanipulasi untuk menghibur semata?
Oke, kita balik ke sulap.
Siapa yang tidak suka menyaksikan sulap??? Rasanya tidak ada. Dari anak kecil hingga kakek nenek pun suka menyaksikan sulap.
Penulis pernah mengunjungi panti wreda (panti jompo). Selain berbagi kebahagiaan dengan membagikan makanan, penulis dan Revata atau biasa disapa Ray (anak penulis) menghibur Oma-Oma dengan sulap.
Ini pula yang dilakukan Litar Suryadi dan Sakka Putta Suryadi (anak Litar) saat mengisi sharing Dhamma di SMB (Sekolah Minggu Buddhis) Vihara Dharma Suci, Jembatan Tiga, Jakarta Utara (Minggu, 17 Februari 2019).
Bagaimana dengan SMB tempat putra-putri Anda? Atau bagaimana dengan SMB tempat Anda mengajarkan Dhamma untuk anak-anak Buddhis?
Menurut Anda, apakah ini mengasyikkan? Mari saksikan video dan lihat beberapa foto dari kegiatan tersebut.
Permainan menangkap cahaya.
Lingkaran tali yang terlepas akhirnya bisa saling terhubung (menyambung). Yang baik berkumpul dengan yang baik, yang jahat berkumpul dengan yang jahat. Adik-adik ikut SMB itu belajar menjadi anak baik, bergabung menjadi satu keluarga.
Kami memiliki group WA "Pembina SMB". Jika Anda adalah Kakak Pembina SMB, ayo bergabung ke group dengan cara kirim pesan via WA ke Litar Suryadi: 0812 9037 3339.
Apa komentar Anda soal sulap sebagai media pembabaran Dhamma? Tinggalkan komentar Anda di kolom komentar. Anumodana...
Sulap sebagai media pembabaran Dhamma adalah berkat kerja sama:
2 komentar:
Cara yg Kreatif, jadi anak2 tidak bosan & lebih bergembira.
Anumodana Atisabalo yang sudah mampir dan berkomentar. Jika hal ini ingin diterapkan, bisa gabung ke group WA "Pembina SMB".
Semoga ide ini ke depannya bisa diterapkan di banyak SMB. Intinya pembabaran Dhamma untuk anak SMB. Caranya bisa bermacam-macam: lewat story telling, lagu Buddhis, ceramah, permainan, nonton film, dan lain-lain (termasuk sulap).
Salam,
Hendry F.Jan
Posting Komentar