Anda pernah mengunjungi pusat perbelanjaan/mal atau pasar swalayan menjelang Idul Fitri atau Natal? Anda tentu akan merasakan suasana Idul Fitri atau Natal. Dekorasi dan etalase-nya menampilkan suasana yang sesuai dengan perayaan tersebut. Lagu-lagu yang diputar, juga pakaian pramuniaga hingga kasir memberitahu kita bahwa hari besar tersebut sudah dekat.
Waisak? Rasanya penulis belum pernah mendengar lagu Waisak atau setidaknya lagu Buddhis seperti "Hadirkan Cinta". Khusus lagu "Hadirkan Cinta", masyarakat umum mungkin tidak tau kalau itu lagu Buddhis karena liriknya menggunakan kata-kata yang umum (tidak ada kata dalam bahasa Pali atau istilah Buddhis seperti karma/kamma, Dharma/Dhamma).
Bukan cuma itu, Buddhis pun tidak banyak yang tau kalau yang menyanyikan lagu itu bukan penyanyi Buddhis, melainkan penyanyi dangdut terkenal di Indonesia.
Balik ke suasana Waisak. Wajarlah kalau pusat perbelanjaan/mal atau pasar swalayan kita tidak merasakan suasana Waisak. Umat Buddha di Indonesia sangat sedikit, tidak sampai 1% dari penduduk Indonesia (klik: Wikipedia atau Tirto). Sangat mungkin mereka (mal dan pasar swalayan) tidak punya koleksi lagu Buddhis.
Ehm... jangankan mal dan pasar swalayan, bisa jadi umat Buddha sendiri tidak punya koleksi kaset/VCD lagu Buddhis.
Seminggu menjelang Waisak, saat penulis ke vihara pun tidak terdengar ada lagu Waisak atau lagu Buddhis. Kami (penulis, istri, dan 2 anak) tiba di vihara sekitar pukul 08.40, pujabakti mulai pukul 09.00.
Tidak terdengar lagu Buddhis atau lagu Waisak sebelum pujabakti, tidak terdengar lagu Buddhis dinyanyikan setelah pembacaan paritta, atau dinyanyikan anak-anak SMB, atau muda-mudi yang latihan untuk tampil di perayaan Waisak nanti. Kami di vihara hingga sekitar pukul 13.00 karena anak ikut latihan puja. Tidak terasa suasana bahwa sebentar lagi umat Buddha akan merayakan Waisak.
Karena di tempat umum dan di vihara tidak merasakan suasana Waisak, mengapa tidak hadirkan suasana Waisak di rumah sendiri saja? Tiap pagi (setidaknya seminggu menjelang Waisak), di rumah penulis selalu diputar lagu-lagu Waisak dan lagu Buddhis. Jadi dari sekitar pukul 05.00 hingga sekitar pukul 06.00 (saat anak-anak kami pergi sekolah), di rumah kami selalu terdengar lagu-lagu Waisak dan lagu-lagu Buddhis.
Tiap pagi terdengar lagu (Anda tinggal klik saja judul lagu jika ingin mendengarkan lagu berikut): Kelahiran Buddha Gotama (ke-lahir-an Pangeran Siddharta), Malam Suci Waisak (mencapai pen-cerah-an, menjadi Buddha) Parinibbana (mangkat), Sang Guru, Hadirkan Cinta, Ehipassiko, Happy Vesak, Tekad Bodhicitta, Duka Seorang Bunda, Pekik Kemenangan, Roda Kehidupan, Lentera Dunia, Sungguh Indah, Aku Berlindung, Kami Memuja, Harum Kebajikan, Dhamma is, Om Mani Padme Hum, dan lain-lain.
Bukan hanya menjelang Waisak, rutinitas ini juga penulis lakukan saat menjelang perayaan Tahun Baru Imlek. Setiap pagi menjelang Tahun Baru Imlek, penulis selalu memutar lagu-lagu Imlek.
Dunia sudah semakin modern, perkembangan teknologi memudahkan semuanya. Lagu yang diputar tidak lagi berasal dari kaset atau CD (repot harus nyalakan tape recorder atau VCD player), cukup dari smartphone. Bisa putar dari koleksi lagu Buddhis yang ada di dalam smartphone (tanpa biaya pulsa) atau langsung pilih lagu sesuka hati dari YouTube.
Bagi yang belum punya koleksi lagu Waisak, silakan klik tautan berikut untuk mengunduhnya: 7 Lagu Waisak.
Catatan:
Kelihatannya ini hal sederhana, hanya soal memutar lagu Buddhis, tapi ini juga belajar Dhamma. Lagu yang didengar terus-menerus membuat anak jadi hafal syair lagu tersebut. Dalam syair lagu itu ada Dhamma-nya.
Di mana Pangeran Siddharta lahir? Lagu "Kelahiran Sang Buddha" memberi info tersebut: "Di Taman Lumbini yang indah..."
Di mana Pangeran Siddharta mencapai pencerahan, menjadi Buddha? Syair lagu "Malam Suci Waisak" menerangkan: "... Sang Gotama muni, di bawah pohon bodhi, duduk bersamadhi..."
Di mana Buddha parinibbana? Lagu Parinibbana menerangkan "Di Kusinara, di bulan Waisaka,..."
Tiga peristiwa agung ini (Trisuci Waisak) terjadi saat bulan purnama (purnama sidhi) juga dijelaskan dalam syair ketiga lagu tersebut.
Mendengar lagu Buddhis, itu juga proses belajar Dhamma.
Bagaimana suasana Waisak di vihara tempat Anda pujabakti atau kota tempat Anda tinggal? Jika tidak keberatan, tolong tuliskan di kolom komentar. Anumodana...
Selamat Hari Trisuci Waisak 2563 BE - 2019.
0 komentar:
Posting Komentar