Buddhisiana (08/14): Isyana Sarasvati, Rara Sekar, dan Bhikkhu Jayamedho

Dulu, Admin "Buddha Pedia" sering membaca tulisan beliau (Herman S. Endro atau Herman Satriyo Endro di majalah Buddhacakkhu (hanya tau nama tapi tak tau wajahnya). Lama tak pernah membaca tulisan beliau, lalu penulis pernah membaca tulisan tentang Bhikkhu Jayamedho dan dijelaskan dulu beliau bernama Herman S. Endro.

Fakta baru yang Admin ketahui, ternyata Bhikkhu Jayamedho adalah kakek dari penyanyi Isyana Sarasvati dan Rara Sekar Larasati (Isyana Sarasvati adalah adik Rara Sekar).

Minggu ini Admin "Buddha Pedia" posting dengan label "Buddhisiana" (cerita ringan dan menarik seputar Buddha Dhamma). Dimulai Senin, 5 April 2021 dan berakhir Minggu, 11 April 2021.

 

Ketika Orang Ribut Karena Perbedaan,

aku terlahir dalam kemajemukan.


Salah satu dari Eyangku baru aja beberapa bulan lalu diordinasi jadi Bhikkhu (Buddhist monk). Akhirnya, setelah berpuluh-puluh taun mengabdi buat Majelis Pandita Buddha Dharma Indonesia, dan di beberapa tempat lainnya, tiba saatnya buat Eyang menjalani hidup sebagai seorang Bhikkhu. Sekarang sih Eyang masih ditempatin di Dhammacakka, Sunter, Jakarta. Tapi akhir taun bakal dipindah ke Malang, jadi kepala Sekolah Tinggi Agama Buddha yang beliau diriin udah lama dan bakal tinggal di sana selamanya. Tempatnya katanya keren banget (kayanya Eyang Oni memuji diri sendiri nih HAHA), dan adem. Terus aku boleh nginep dan numpang meditasi di sana lagi! Woohoo! Yang penting itu! Hahaha.

Lucunya, sekarang semua anggota keluarga ga bisa lagi manggil Eyang Oni, Oni, Oom, Pah, dan lain lain, kita semua harus manggil Eyang, “Bhante”. Pas awal-awal rada canggung sih suka salah-salah, manggil YangBhan, Bhanyang, YangBhante, dll. Hahaha, tapi sekarang sih udah kebiasaan, hoho. Malah jadi berasa sok asik gitu, aku suka ngerasa sok Buddhist bangetlah kalau bilang Bhante. Bhante Bhante Bhante. Hehe!

Oyaa, terus ya, pas Eyang diordinasi, kita semua nangis sekeluarga. Parah! Haha, aku juga ikutan nangis lagi, gatau kenapa nangis aja, perasaannya antara sedih dan terharu karena ada anggota keluarga kita yang siap untuk menjalani hidup yang sakral dan suci. Terus Eyang akhirnya bilang, “Ini apa-apaan sih kok pada nangis? Di Thailand itu, kalau seseorang mau jadi Bhikkhu, keluarganya berpesta! Seneng banget. Kan saya mau hidup di jalan yang penuh dengan kebahagiaan, di jalan spiritual, malah ditangisin. Gimana toh?” Pas itu aku cuma bisa senyum sinetron sok bahagia tapi sebenernya masih tetep agak sedih sih. Tapi pas abis ikut Vipassana, aku baru ngerti maksud Eyang Oni apa.

Aku bersyukur banget dari kecil ga pernah dididik buat ngebedain orang dari agamanya. Karena keluarga aku beragam banget, dari Bapa aku yang Islam, Ibu aku yang Katolik, eyang-eyangku yang agamanya ada yang Kristen, Katolik, Kebatinan, Kejawen, hahaha dan dari kecil aku ga pernah bisa ngurangin rasa sayang aku ke keluarga besar hanya karena dia beragama A atau B.

I’m so grateful to have such a wonderful family.
and I am also very proud of you, Bhante.

May you always be free from danger,
May you always be free from mental suffering,
May you always be free from physical suffering
May you always be well and happy.

I’ll see you soon at Dhammacakka.









Bhavattu Sabba Mangalam. May all beings be happy.

 

Sumber: Blog Rara  (diedit seperlunya dan ditambahkan tautan, tulisan berwarna biru sebagai referensi tambahan untuk melengkapi tulisan ini). 

Di atas ini baru sebagian foto yang Admin tampilkan. Mau melihat foto selengkapnya? Silakan klik tulisan warna biru: Blog Rara



Rara Sekar Larasati dan Isyana Sarasvati. Sumber foto: PopHariIni

 

0 komentar: