Hidup Jetset Biksu Thailand Wirapol Sukphol Berujung Bui 114 Tahun
Oleh: Tony Firman - 4 September 2018
Dibaca Normal 4 menit
Oleh: Tony Firman - 4 September 2018
Dibaca Normal 4 menit
tirto.id - Sebuah video yang beredar pada 2013 menunjukkan suasana di dalam
pesawat jet pribadi menjelang pendaratan. Tak ada yang janggal dari tayangan
tersebut di menit awal, sampai akhirnya tampak para biksu, lengkap dengan jubah
oranye mereka.
Si perekam mengarahkan kameranya ke seorang biksu berkacamata yang menenteng
tas bermerek mahal. Biksu yang kala itu berusia 33 tahun itu bernama Wirapol
Sukphol. Dia berasal dari Thailand.
Video tersebut sontak menggegerkan publik negeri gajah putih, yang 95 persen
penduduknya beragama Buddha. Pasalnya, gaya hidup Wirapol dkk bertolak
belakangan dengan citra umum para biksu yang disumpah untuk hidup sederhana dan
selibat.
Usut punya usut, Wirapol memang biksu yang bermasalah. Catatan kriminalnya
menumpuk, mulai dari dugaan pelecehan seksual terhadap perempuan di bawah umur,
hingga terlibat dalam perdagangan narkoba dan penggelapan uang jemaat.
Status biksu Wirapol segera dicabut begitu video di dalam pesawat itu tersebar luas.
Saat itu, ia melarikan diri ke California, AS, di mana ia membangun sebuah
rumah mewah dengan dekorasi khas daerah kelahirannya di Ubon Ratchathani,
Thailand. Dibangun pula replika patung Buddha zamrud layaknya di Istana
Kerajaan Bangkok. Masih di California, Wirapol masih berlagak sebagai biksu dan
memanfaatkan rumahnya sebagai pusat pengajaran Buddhis.
Pada 2017 lalu, ia diekstradisi dari AS dan pengusutan kasus kriminalnya
berlanjut. Pada 9 Agustus 2018, Pengadilan Bangkok menjatuhkan hukuman 114 tahun
penjara kepada Wirapol. Dakwaannya berlapis, mulai dari 42 tuduhan penipuan,
pencucian uang, dan kejahatan siber.
Dilansir dari media lokal Khaosodeng, pengadilan menuntut Wirapol mengembalikan
uang sebesar 28,6 juta baht atau senilai 12 miliar kepada para jemaat
penyumbang yang merasa ditipu. Oktober nanti, pengadilan juga akan memutuskan
vonis terkait dakwaan kasus pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur yang
melibatkan Wirapol. Pelecehan inilah yang juga menjadi puncak pelucutan status
Wirapol sebagai biksu kala itu.
Dalam putusan pengadilan, Wirapol yang kini berusia 39 tahun terbukti
menyalahgunakan kedudukannya sebagai biksu untuk menipu jemaat. Dengan dalih
pembangunan tempat ibadah, Wirapol menyalahgunakan uang sumbangan untuk membeli
barang-barang mewah.
Meski begitu, Wirapol bakal menghabiskan hukuman di penjara selama 20 tahun
saja. Ia diuntungkan oleh sistem hukum Thailand yang menetapkan masa hukuman
maksimum 20 tahun penjara kepada terdakwa yang dinyatakan bersalah atas
beberapa tindak pidana yang sama.
Imperium Wirapol
Diwartakan Chiang Rai Times, Wirapol meniti jalan sebagai seorang biksu sejak
usia lima tahun, meninggalkan dunia kanak-kanak dan memilih bermeditasi,
bergaul dengan para biksu-biksu senior di kuil. Di usia remaja, ia makin
dikenal karena kuat meditasi dan rajin berziarah ke hutan-hutan Thailand,
Myanmar, dan Kamboja.
Setelah ditahbiskan sebagai biarawan Buddha pada 1999, Wirapol menggelari
dirinya "Luang Pu", sebuah titel di Thailand yang diperuntukkan bagi
para biksu senior yang dihormati.
Pada 2003, ia ditugaskan untuk melayani umat di desa Ban Yang, distrik
Kanthararom Si Sa Ket, Thailand. Di desa inilah Wirapol membangun kerajaannya.
Gaya Wirapol yang karismatik mendatangkan ribuan pengikut. Ia bahkan dianggap
punya kekuatan supranatural. Berkat loyalitas dan sumbangan jemaatnya, Wirapol
berhasil membangun Wat Pa Khanti Tham, sebuah vihara pertama di desa tersebut.
Wat Pa Khanti Tham adalah vihara megah dan mewah. Di dalamnya terdapat danau,
jaringan bangunan bawah tanah, serta patung Buddha setinggi 18,5 meter yang
diklaim terbuat dari batu giok yang diimpor langsung dari India. Strukturnya
mengandung 9.000 kilogram emas hasil sumbangan jemaat. Belakangan klaim itu tak
terbukti karena patung tersebut ternyata terbuat dari beton berwarna.
Setelah video gaya hidup mewah Wirapol tersebar, kasus penipuan dan sederet
tindak kriminal lainnya mulai tercium. Penyelidik menyita aset Wirapol senilai
770.000 dolar AS, termasuk mobil Porsche, Mercedes Benz dan beberapa rekening
bank.
Di media-media lokal, tersebar foto-foto Wirapol dalam berbagai pose dan
kesempatan, mulai dari pelesiran ke piramida di Mesir hingga pemandangan sang
biksu duduk di kokpit miniatur pesawat di Kansas, Amerika Serikat. Wirapol
memang diduga tertarik membeli pesawat pribadi setelah mengunjungi pabrik
pesawat di Kansas.
Perilaku tak terpuji dari biksu atau biarawan bukanlah hal baru di Thailand.
Godaan kehidupan modern dengan gelimang harta dan wanita, berjalan seiring
dengan kehidupan masyarakat urban yang haus siraman rohani. Para jemaat di kota
yakin bahwa sumbangan ke kuil-kuil di desa bakal diganjar kesuksesan dan
keberkahan.
Tantangan Reformasi Buddhisme di Thailand
Ajaran Buddhisme sangat sentral dalam kehidupan sosial dan politik di Thailand.
Biksu sangat dihormati. Namun, selama beberapa tahun belakangan, sejumlah biksu
dikecam karena melanggar sumpah. Beberapa di antaranya didakwa skandal
pemerasan uang, ketahuan berhubungan seks, terlibat kasus narkoba, judi, bahkan
pembunuhan.
Dilansir dari Channel News Asia, pada 2017 lalu pemerintahan junta militer
Thailand menggagas pemberlakuan kartu khusus untuk setiap biksu yang punya
catatan kriminal. Kebijakan ini diharapkan mencegah tindakan kriminal.
Pemerintahan junta militer juga dipusingkan oleh sekte Buddha bernama
Dhammakaya. Jika dibandingkan dengan kuil-kuil Buddha pada umumnya, vihara
sekte Dhammakaya yang terletak di pinggiran Kota Bangkok nampak lebih mencolok
dan megah. Kebanyakan pengikutnya pun orang kaya.
Maret lalu, selama berminggu-minggu polisi menggeledah kuil Dhammakaya untuk
menemukan barang bukti terkait sebuah kasus penggelapan senilai 33 juta dolar
AS yang melibatkan kepala biara. Namun, sang kepala biara hingga kini tak
tersentuh.
Asia Times menuturkan bahwa sejak berkuasa lewat jalan kudeta pada 2014 lalu,
junta militer Thailand makin sering melakukan aksi bersih-bersih yang menyasar
kasus korupsi di institusi keagamaan. Pasalnya, pemerintahan sipil sebelumnya
kerap menjalin hubungan mesra dengan sejumlah pemuka agama Buddha demi
mengamankan suara dalam Pemilu.
Setiap tahunnya, pemerintah Thailand melalui Jawatan Nasional Buddhisme (NOB)
mengucurkan dana sekitar 150 juta dolar AS ke kuil-kuil Buddha di seluruh
Thailand yang menjadi rumah bagi lebih dari 300.000 biksu. Sebagian besar uang
tersebut dititipkan ke kuil-kuil terkemuka di Bangkok untuk didistribusikan
lagi ke kuil-kuil kecil di pedalaman. Di titik inilah korupsi marak terjadi.
Pada awal Agustus 2018, misalnya, polisi menangkap 10 pejabat yang diduga
kongkalikong dengan biksu senior menggelapkan dana 10 juta dolar AS dari NOB.
Sejak Jenderal Prayut Chan-ocha menjabat Perdana Menteri Thailand, kuil-kuil di
negeri seribu pagoda tersebut sering di-sweeping dengan alasan pemberantasan
korupsi. Seorang kepala biara senior Phra Buddha Issara bahkan dicokok karena
diduga memalsukan tandatangan Ratu dan mendiang Raja Thailand untuk jualan
jimat keberuntungan serta mencuri senjata dari polisi.
Cara-cara yang ditempuh junta militer ini terhitung berani dalam konteks
masyarakat Thailand. Berbagai skandal buruk yang melibatkan pemuka agama
Buddha, dari biksu sampai kepala biara senior, pelan-pelan terkuak.
Namun, para pengamat politik skeptis dengan langkah Prayut yang mereka nilai
sebagai cara junta militer mempertahankan kekuasaan. Masalahnya, hubungan
Prayut dan Issara pernah sangat dekat. Ketika Issara ditangkap, Prayut
bersusah-payah menyangkal kedekatannya itu.
"Penangkapan para biksu ini jelas dirancang supaya negara mampu mengontrol
biksu sehingga mereka tetap setia pada junta militer, khususnya jelang tahun
politik," ujar Paul Chambers, dosen spesialis politik Thailand di Naresuan
University kepada The Guardian.
"Ini cara mereka menunjukkan bahwa negara benar-benar di atas sangha
(tatanan Buddha di Thailand) Buddhis."
Baca juga artikel terkait PEMUKA AGAMA atau tulisan menarik lainnya Tony Firman
(tirto.id - Sosial Budaya)
Penulis: Tony Firman
Editor: Windu Jusuf
Sumber: Tirto
0 komentar:
Posting Komentar