Serial Trio Vihara: Jangan Padamkan Nyala Lilin Itu

 Serial Trio Vihara

Jaya Ratana

 

*********************************************************************************************

Vivi Muditavati, gadis manis berbadan gempal, berbakat jadi pemimpin, tempat curhat kedua teman akrabnya, ia anak yatim piatu. Hani Filianti, agak tomboy, paling rame, selalu jadi penyegar suasana, sering muncul dengan ide brilian, tapi kadang idenya konyol. Rara Dewi, suka travelling, doyan jajan, agak penakut, dan setia kawan. Vivi, Hani, dan Rara adalah aktivis Sekolah Minggu Buddhis (SMB), mereka bertiga sangat kompak, teman-teman di vihara menyebut mereka Trio Vihara.

*********************************************************************************************

Vivi menatap kosong ke langit-langit kamarnya. Ia baru saja terbangun dari mimpinya. Vivi mengambil ponsel dan membuka layarnya, di sana tertera 02.30. Ini bukan waktunya bangun tidur. Vivi kembali mengingat mimpi yang baru saja ia alami.

Di mimpinya, Vivi bertemu dengan seorang kakek. Kakek itu menghampirinya dan berkata, “Nak, saya minta makan. Saya sangat lapar, sudah dua hari tidak makan,” katanya sambil mengulurkan tangan. Vivi melihat tangan kakek itu gemetar. Pasti ia sangat lapar. Ketika Vivi akan memberikan uang, ia terbangun.

“Mimpi yang aneh. Mengapa aku bisa mimpi seperti ini ya?” pikir Vivi. Ia jarang bermimpi. Kalaupun bermimpi, seringnya itu pikiran siang hari yang belum terselesaikan. Misalnya siang itu Vivi sangat ingin beli pisang goreng, tapi karena ada kesibukan yang menyita waktunya, ia jadi lupa. Malamnya, saat tidur, ia akan mimpi beli pisang goreng.

Vivi mencoba mengingat kejadian tadi siang, ia tak menemukan penyebabnya. Sehari sebelumnya, ia juga tak menemukannya. “Ah … aku tau, mungkin ini karena cerita Celine, anak SMB. Waktu itu SMB sudah selesai, Vivi, Hani, dan Rara sedang sibuk membagikan snack untuk anak SMB. Celine mendekati Vivi, “Cici, aku mau cerita,” kata Celine. “Iya, mau cerita apa?” tanya Vivi. “Kemarin di depan Indomaret Celine lihat ada kakek tua yang kurus. Ia bilang ke Celine, “Dik, minta uang, kakek lapar,” kisah Celine.

“Oh begitu, kasihan ya …” kata Vivi. “Iya, kasihan banget. Kakek itu sering ada di depan Indomaret. Sekarang kakek itu kelihatan kurus banget,” lanjut Celine. Setelah itu obrolan itu terhenti karena Vivi dipanggil orang tua siswa SMB. “Hmmm… ucapan Celine ini yang tersimpan di alam bawah sadar dan barusan memicu mimpi. Vivi kembali membuka ponselnya, hari ini Rabu, 20 Maret 2024. Empat hari lagi baru hari Minggu. Vivi memutuskan nanti siang akan video call dengan kedua sahabat karibnya, Hani dan Rara.

*  *  *  *  *  *  *  *  *  *  *

 “Oke, kalian setuju ‘kan usulku?” tanya Vivi setelah menyelesaikan cerita mimpi dan usulannya ketika video call bertiga via WA. “Kok kamu ngotot banget? Itu cuma mimpi,” kata Rara. “Tapi aku yakin, mimpi ini membawa pesan penting,” balas Vivi. “Aku setuju ide Vivi,” kata Hani. “Hmmm ... oke deh, aku setuju juga,” Rara menyampaikan pendapatnya.

Vivi tersenyum bahagia, usulannya untuk galang dana disetujui kedua sahabatnya. “Ini kesempatan menumbuhkan sifat welas asih dan empati anak-anak SMB,” batin Vivi. Vivi berencana membuat puding dalam cup plastik kecil, nanti akan dijual kepada umat vihara usai pujabakti.

Pembina SMB akan menawarkan puding itu, anak-anak SMB akan dilibatkan jika ortu mereka mengizinkan. Keuntungan penjualan puding akan diberikan kepada kakek tua seperti yang diceritakan Celine. Jika tidak ketemu kakek itu, dana yang terkumpul akan dibelikan makanan dan akan dibagikan kepada pemulung, pengemis, dan orang lain yang membutuhkan.

*  *  *  *  *  *  *  *  *  *  *

Minggu, 24 Maret 2023, Vivi bangun lebih pagi dari biasanya. Ia tak sabar ingin cepat sampai ke vihara. Semalam ia bersama Hani dan Rara gotong royong membuat puding di rumah Rara. Vivi sudah kirim pesan kepada ortu siswa SMB, mereka sangat mendukung anak-anak mereka belajar wirausaha dengan cara menawarkan puding, sekaligus menumbuhkan rasa welas asih dan empati mereka kepada orang yang kurang beruntung.

Hebatnya lagi, Mama Celine mengatakan, “Nanti Cici akan beli pudingnya dan ikut menyumbangkan dana untuk aksi sosial kalian,” via telepon. Wow … tentu saja Trio Vihara sangat bahagia dengan respon baik orang tua siswa SMB. “Vivi, kepedulian kalian kepada lingkungan itu ibarat menyalakan lilin di tempat yang gelap. Langkah awal menyalakan lilin itu sangat baik. Dengan satu lilin ini, nyalakan lilin lain agar semakin terang. Jangan padamkan nyala lilin itu,” pesan Mama Celine.

“Jangan mengutuk kegelapan, cobalah nyalakan lilin untuk menerangi kegelapan. Nyalakan lilin-lilin lain agar semakin terang. Api lilin tak akan berkurang saat digunakan untuk menyalakan lilin lain,” pungkas Mama Celine. “Anumodana Ci,” kata Vivi.

 

Dikutip dari Buletin KCBI edisi April 2024 halaman 20/21 karya Jaya Ratana (penulis bisa dihubungi dengan cara klik tulisan nama penulisnya).

0 komentar: