Seri Trio Vihara
*********************************************************************************************Vivi Muditavati, gadis manis berbadan gempal, berbakat jadi pemimpin, tempat curhat kedua teman akrabnya, ia anak yatim piatu. Hani Filianti, agak tomboy, paling rame, selalu jadi penyegar suasana, sering muncul dengan ide brilian, tapi kadang idenya konyol. Rara Dewi, suka travelling, doyan jajan, agak penakut, dan setia kawan. Vivi, Hani, dan Rara adalah aktivis Sekolah Minggu Buddhis (SMB), mereka bertiga sangat kompak, teman-teman di vihara menyebut mereka Trio Vihara.
*********************************************************************************************
“Adik-adik, sekian pertemuan kita hari ini. Jangan lupa, minggu depan datang ke vihara lagi ya?” Hani menutup sesi Sekolah Minggu. “Oke … Ci,” jawab anak-anak SMB.
“Seperti biasa, sekarang adik-adik berbaris ikut Ci Rara untuk cuci tangan dulu. Setelah cuci tangan, balik ke sini lagi. Kita akan makan bersama,” lanjut Vivi.
Anak-anak berbaris rapi mengikuti Ci Rara. Hani dan Vivi menyiapkan makanan dan minuman yang akan dibagikan. Hari ini anak-anak mendapatkan sepotong bolu brownies dan susu kotak.
Vivi mengamati anak-anak SMB yang sedang menikmati snack yang sudah dibagikan. Para orang tua anak SMB juga kebagian brownies karena ada umat yang berdana dalam jumlah cukup banyak.
“Ci Vivi, setelah ini, apakah Cici ada waktu? Jessi mau ngobrol sama Cici,” tanya Jessica. “Oh … ada apa Jessi?” Vivi balik tanya. “Mau tanya sesuatu tentang Dhamma,” jawab Jessica. “Oke, tunggu sebentar ya … Setelah yang lain selesai makan, kita ngobrol,” kata Vivi dengan wajah penuh senyum.
Dari sorot matanya, Vivi menduga Jessica ingin curhat. Vivi yakin Jessica bukan ingin bertanya tentang tugas pelajaran agama Buddha di sekolah, makanya Vivi akan mengajak Jessi ke ruang meditasi di lantai dua agar ia bisa curhat dengan leluasa.
* * * * * * * * * * *
Vivi dan Jessi sudah berada di ruang meditasi. Suasananya tenang karena tempat ini sedang tidak dipakai. Vivi tadi sudah berpamitan dengan Hani dan Rara yang sedang membereskan peralatan yang tadi digunakan untuk kegiatan SMB.
“Oh iya, hari ini Papa dan Mama Jessi kok nggak kelihatan?” tanya Vivi. “Papa dan Mama tadi antar Jessi ke vihara, lalu mereka ke mal karena ada janji dengan teman Mama yang ingin ketemu. Hari ini teman Mama mau balik ke Jakarta,” cerita Jessi. “Nanti sekitar jam satu Papa dan Mama akan ke sini, jemput Jessi,” lanjut Jessi.
“Oke. Tadi Jessi bilang mau tanya tentang Dhamma. Mau tanya apa, mudah-mudahan Cici bisa jawab,” ucap Vivi.
“Ci, semalam Jessi bangun tidur mau pipis. Setelah balik dari toilet dan sampai kamar, Jessi lihat di lantai kamar ada seekor semut hitam besar yang mati. Jessi lihat bagian bawah sandal Jessi, ada juga seekor semut mati yang menempel di sandal Jessi. Ternyata tanpa sengaja Jessi menginjak mati dua ekor semut hitam. Jessi takut karma buruk karena telah membunuh semut,” kisah Jessi.
“Oh … itu. Nggak apa-apa kok. Itu bukan pelanggaran sila. Sekarang Cici tanya, apakah Jessi memang sengaja menginjak semut dan ada niat ingin membunuh semut-semut itu?” Vivi bertanya dengan suara selembut mungkin. “Nggak Ci, itu nggak sengaja. Jessi ingat yang diajarkan Cici tentang Pancasila Buddhis. Salah satunya bertekad untuk menghindari pembunuhan,” ucap Jessica.
“Iya, benar. Jessi, apa yang terjadi itu bukanlah karma buruk. Salah satu syarat pelanggaran sila pertama itu adalah niat membunuh. Jessi tidak berniat membunuh semut, sehingga semut yang tak sengaja terinjak dan mati itu bukan pelanggaran sila,” jelas Vivi.
“Jessi bisa cari buku di perpustakaan atau bisa juga cari di internet. Jessi cari tentang kisah Cakkhupala Thera. Kisahnya mirip dengan yang Jessi alami. Jadi Jessi nggak perlu khawatir. Hanya saja lain kali lebih berhati-hati kalau melangkahkan kaki. Semalam mungkin Jessi dalam keadaan ngantuk, jadi nggak sepenuhnya memperhatikan langkah kaki Jessi,” nasihat Vivi.
“Sekarang Jessi sudah tenang ‘kan?” lanjut Vivi. “Iya Ci,” jawab Jessica. Ada kelegaan di wajahnya. “Yuk … sekarang kita kembali ke ruang SMB, siapa tau Mama dan Papa Jessi sudah datang menjemput Jessi,” ajak Vivi.
“Terima kasih Cici,” kata Jessica sambil memeluk Vivi. “Sama-sama Jessi,” balas Vivi. Vivi menggandeng tangan Jessi menuruni tangga menuju ruangan SMB.
Dikutip dari Buletin KCBI edisi April 2025 halaman 32/33 karya Jaya Ratana (penulis bisa dihubungi dengan cara klik tulisan nama penulisnya).
0 komentar:
Posting Komentar