Di
Sāvatthī hiduplah seorang brahmana miskin dan istrinya yang hanya punya
sehelai pakaian luar. Mereka harus bergiliran memakai pakaian dan pergi
keluar rumah.
Keduanya adalah siswa Buddha dan gemar mendengar
Dhamma. Ia akan pergi ke pertapaan pada malam hari dan istrinya pada
siang hari.
Suatu ketika, saat sang brahmana tengah mendengarkan
Dhamma, ia merasakan dorongan kuat untuk mempersembahkan satu-satunya
pakaian mereka kepada Buddha.
Sadar bahwa ini akan membuat dirinya dan istrinya tak lagi punya pakaian, hatinya bimbang.
Akhirnya, pada jam-jam terakhir malam itu, ia mempersembahkan pakaiannya kepada Buddha, sambil berkata, “Aku menang!”
Raja Pasenadi Kosala, menyuruh orang menanyakan alasan ia berkata, “Aku menang!”
Raja
pun terkesan akan alasannya. Ia memerintahkan agar sang brahmana diberi
pakaian baru. Ternyata sang brahmana mempersembahkan lagi pakaian itu
kepada Buddha.
Raja memberinya dua potong pakaian, yang juga
dipersembahkan semuanya kepada Buddha. Tiap kali raja memberi pakaian
dalam jumlah yang lebih besar, hal yang sama berulang kembali.
Akhirnya
raja memberinya tiga puluh dua potong pakaian. Sang brahmana mengambil
satu potong untuk dirinya, satu lagi untuk istrinya, dan tiga puluh
sisanya dipersembahkannya kepada Buddha.
Raja sungguh terkesan
sehingga ia memutuskan untuk memberi lebih banyak hadiah lagi bagi sang
brahmana. Raja lalu memberinya dua potong kain beludru yang sangat
mahal. Brahmana itu membuat dua payung dari kain itu, satu untuk dirinya
dan istrinya, dan satu lagi untuk Buddha.
Ketika raja melihat
payung itu di pertapaan, ia menyadari bahwa sang brahmana lagi-lagi
telah berbuat kebajikan. Maka sang raja memutuskan untuk memberinya
lebih banyak hadiah lagi.
Sebagian bhikkhu keheranan, bagaimana
mungkin sebuah perbuatan baik menghasilkan buah kebajikan dengan
sedemikian cepatnya. Buddha menjawab bahwa seandainya brahmana itu
langsung mempersembahkan pakaiannya begitu gagasan itu tebersit dalam
benaknya, maka pahala yang diterimanya bakal lebih besar lagi.
☸️☸️☸️
Diterjemahkan dari Pāḷi ke Indonesia oleh Handaka Vijjānanda.
#tipitaka #dhamma #dharma #buddha
0 komentar:
Posting Komentar