Cerpen Buddhis: Mesin Waktu

Jaya Ratana

 

Suara burung berkicau di antara ranting-ranting pohon Bodhi menyambut Dina yang baru saja tiba di vihāra. Hari ini Dina tampak lebih antusias daripada biasanya. Biasanya ada perasaan malas ketika terbangun di hari Minggu pagi. Mengapa? Hari Minggu itu seharusnya waktu untuk bermalas-malasan, me time.

Boleh bangun agak siang. Boleh menghabiskan waktu dengan mendengarkan musik, scrolling medsos, nonton drakor, pokoknya waktu untuk bersantai. Senin sampai Jumat sudah capek kuliah, Sabtu digunakan untuk menyelesaikan semua tugas kuliah, termasuk bebersih kamar kost.

“Masa’ sih hari Minggu nggak boleh santai?” begitu pikiran yang selalu terlintas di benak Dina sejak dulu. Meski begitu, Dina hampir tidak pernah merasakan me time dengan bermalas-malasan. Why? Dina harus ke vihāra untuk mengikuti pujabakti. Memang sih sekarang Dina tidak tinggal satu kota dengan kedua orang tuanya, tapi di kota ini, tepatnya di vihāra ini, juga ada Ria. Ria berasal dari vihāra dan kota yang sama! Gawatnya lagi, orang tua mereka saling kenal. Wuih … bakal rame tuh kalau sampai ortu Dina dapat kabar bahwa Dina jarang ke vihāra.

Lantas, mengapa hari ini Dina antusias dan wajahnya ceria saat tiba di vihāra? Dina terpilih jadi ketua Sekolah Minggu Buddhis (SMB). Minggu lalu masih masa peralihan pengurus lama dan pengurus baru. Dina hanya mengamati ketua lama dan stafnya mengajar SMB. Begitu antusiasnya Dina mengajar SMB? Bukan, ada seorang gadis mungil bernama Jessica yang menarik perhatiannya.

Cantik, lucu, menggemaskan. Jessica baru kelas 1 SD. Tingkah lakunya mengingatkan Dina kepada keponakannya yang bernama Visākhā. Dina kangen dengan keponakannya? Tentu saja, Dina sangat kangen keponakan tersayang. Sayangnya Dina sudah tak bisa bertemu lagi dengan keponakannya itu karena Visākhā telah meninggal tahun lalu karena kanker darah!  

*  *  *  *  *

“Adik-adik, ayo siapa yang tau, dari film kartun tadi, siapa yang baik?” tanya Dina kepada anak-anak SMB prasekolah hingga kelas 3 SD yang diajarnya. Sebagai ketua SMB, Dina yang mengatur stafnya. Siapa yang mengajar kelompok prasekolah hingga kelas 3 SD, kelas 4 hingga kelas 6, SMP, dan SMA. Dina sengaja memilih kelompok yang ada Jessica.

Waktu satu setengah jam terasa berlangsung cepat. Pujabakti dan pelajaran Dhamma untuk anak SMB sudah selesai. Sekarang tinggal membagikan snack kepada mereka. Ini waktu yang Dina tunggu-tunggu. Dina bisa lebih fokus kepada Jessica.

Memang sejak mengamati pengurus lama mengajar, Dina sudah coba mendekati Jessica dan berusaha menarik perhatiannya. Ajaibnya Jessica cepet banget nempel kepada Cici Dina. Hari ini, selama menonton film kartun, Jessica duduk di pangkuan Cici Dina! Juga saat Dina melakukan interaksi tanya jawab tentang cerita di film kartun tadi, Jessica tetap duduk di pangkuannya. Meski begitu, Dina harus tetap “profesional” sebagai guru dengan memberi perhatian kepada semua anak SMB.

Dina menyuapi Jessica makan puding. Di sela-sela menyuapi Jessica, Dina terus memandangi wajah Jessica. “Kok wajah, tingkah laku, dan gaya bicaramu mirip sekali dengan Visākhā?” batin Dina. Mulai hari ini dan setiap Minggu yang akan, Dina akan serasa berada di mesin waktu yang membawanya ke masa lalu untuk bertemu, melepas rindu, dan bermain dengan “keponakannya”. “Visākhā, semoga engkau terlahir di alam bahagia,” doa Dina dengan mata berkaca-kaca.


Dikutip dari Buletin KCBI edisi Februari 2024 halaman 15/16 karya Jaya Ratana (penulis bisa dihubungi dengan cara klik tulisan nama penulisnya).

0 komentar: