Upāsaka Sūra Ambaṭṭha
Unggul dalam Kepercayaan Mutlak
Aku lahir sebagai putra hartawan di Sāvatthī. Aku adalah pengikut setia aliran lain. Suatu ketika, Bhagavā melihat bahwa aku sudah matang untuk menembusi Dhamma. Karena itu, Bhagavā sengaja datang ke rumahku untuk menyambut derma makanan.
Aku mengizinkan Bhagavā masuk walau aku tahu ajaran-Nya berbeda dengan ajaran yang kuanut. Aku memberi-Nya tempat duduk yang nyaman dan makanan yang lezat. Setelah menyambut derma makanan, Bhagavā membabarkan Dhamma, “Ketahuilah Sūra, semua pikiran bersifat tidak tetap.” Aku mendengarkan dengan baik, dan pada akhir pembabaran itu aku menembusi kesucian pertama, Sotāpatti.
Beberapa saat setelah Bhagavā pergi, Māra, sang dewa penggoda, berniat menyesatkanku. Ia datang dengan menyamar sebagai Bhagavā. “Mengapa Bhante kembali berkunjung?” tanyaku.
“Tadi ada kata-kataku yang kurang tepat. Saat kukatakan bahwa semua pikiran bersifat tidak tetap, aku salah. Setelah kupikir lagi, hanya sebagian pikiran yang bersifat tidak tetap,” ujar Māra.
Aku langsung sadar bahwa ia bukanlah Bhagavā, melainkan Māra. Aku langsung mengusir “Bhagavā palsu” itu dari rumahku.
Salam Dharma.
Unggul dalam Kepercayaan Mutlak
Aku lahir sebagai putra hartawan di Sāvatthī. Aku adalah pengikut setia aliran lain. Suatu ketika, Bhagavā melihat bahwa aku sudah matang untuk menembusi Dhamma. Karena itu, Bhagavā sengaja datang ke rumahku untuk menyambut derma makanan.
Aku mengizinkan Bhagavā masuk walau aku tahu ajaran-Nya berbeda dengan ajaran yang kuanut. Aku memberi-Nya tempat duduk yang nyaman dan makanan yang lezat. Setelah menyambut derma makanan, Bhagavā membabarkan Dhamma, “Ketahuilah Sūra, semua pikiran bersifat tidak tetap.” Aku mendengarkan dengan baik, dan pada akhir pembabaran itu aku menembusi kesucian pertama, Sotāpatti.
Beberapa saat setelah Bhagavā pergi, Māra, sang dewa penggoda, berniat menyesatkanku. Ia datang dengan menyamar sebagai Bhagavā. “Mengapa Bhante kembali berkunjung?” tanyaku.
“Tadi ada kata-kataku yang kurang tepat. Saat kukatakan bahwa semua pikiran bersifat tidak tetap, aku salah. Setelah kupikir lagi, hanya sebagian pikiran yang bersifat tidak tetap,” ujar Māra.
Aku langsung sadar bahwa ia bukanlah Bhagavā, melainkan Māra. Aku langsung mengusir “Bhagavā palsu” itu dari rumahku.
Salam Dharma.
Sumber: Ehipassiko Foundation
0 komentar:
Posting Komentar