Upāsaka Jīvaka Komārabhacca
Unggul dalam Kepercayaan Terhadap Orang
Suatu ketika, Pangeran Abhaya, putra Raja Bimbisāra, menemukan bayi di keranjang yang dikelilingi gagak. Pangeran Abhaya membawa bayi itu pulang dan merawatnya. Bayi itu diberi nama Jīvaka, yang berarti “masih hidup”.
Aku adalah Jīvaka. Setelah dewasa, aku belajar menjadi tabib di sekolah tinggi Takkasilā. Aku sangat berbakat dan akhirnya menjadi tabib istana. Aku merawat dan menyembuhkan raja, pangeran, hartawan, pelayan, sampai kuda. Aku juga menjadi tabib bagi Bhagavā dan para bhikkhu.
Suatu ketika, saat Bhagavā tidak sehat, Bhikkhu Ānanda menemuiku. Setelah mengamati keadaan Bhagavā, aku memasukkan obat ke dalam tiga kuntum teratai, menyerahkannya, dan pulang. Setelah pulang, aku baru ingat bahwa aku lupa memberi tahu bahwa Bhagavā harus mandi setelah minum obat. Namun, Bhagavā bisa membaca pikiranku, Bhagavā mandi air hangat setelah meminum obat itu. Setelah aku kembali menemui Bhagavā dan tahu bahwa Bhagavā bisa membaca pikiranku, aku mendermakan jubah kepada-Nya.
Setelah mencapai kesucian pertama, aku ingin menemui Bhagavā dua kali sehari. Akhirnya aku pindah ke hutan mangga di Rājagaha.
Saat kaki Bhagavā terluka akibat batu yang didorong Bhikkhu Devadatta, para bhikkhu memapah-Nya ke hutan mangga untuk aku obati. Aku bergegas menemui dan mengobati Bhagavā. Setelah membalut luka-Nya, aku pergi ke kota untuk memeriksa pasien lain. Saat aku mau pulang, gerbang kota sudah ditutup. Aku berpikir, “Aku tidak bisa pulang menemui Bhagavā. Ini sudah waktunya membuka balutan luka-Nya.” Namun, Bhagavā mengetahui pikiranku, Ia meminta Bhikkhu Ānanda untuk membuka balutan luka-Nya.
Salam Dharma.
Sumber: Ehipassiko Foundation
0 komentar:
Posting Komentar