D.03 Upāsikā Sāmāvatī

 

Upāsikā Sāmāvatī
Unggul dalam Berdiam Dalam Kasih Sayang

Aku tinggal di Kota Bhaddiya. Suatu ketika, kota itu dilanda bencana kelaparan. Aku dan orangtuaku mengungsi menuju Kosambῑ untuk menemui sahabat ayah, seorang hartawan bernama Ghosaka.

Sesampainya di Kosambῑ, aku meminta makanan yang dibagikan Ghosaka. Pada hari pertama, aku meminta makanan untuk tiga orang. Setelah makan, ayahku mengalami kejang perut dan meninggal. Esoknya, aku meminta makanan untuk dua orang, untuk aku dan ibu. Karena terlalu sedih, ibu pun meninggal. Esok harinya, aku hanya meminta makanan untuk diriku sendiri. Mitta, karyawan Ghosaka yang bertugas membagi makanan pun bertanya-tanya. Aku menceritakan apa yang terjadi. Mitta terenyuh dan mengadopsiku.

Suatu ketika, aku bertemu Ghosaka. Ia lalu mengangkatku sebagai anak. Ghosaka mencarikan banyak teman sebaya dan pelayan untukku. Salah satu pelayannya berbadan bungkuk, bernama Khujjuttarā. Ketika Raja Udena berkeliling di Kosambi, ia melihat aku. Ia jatuh hati dan menikahiku.

Suatu hari Khujjuttarā menembusi Kecerahan setelah mendengar ceramah Bhagavā. Ia lalu mengulang Dhamma kepada aku dan pelayan lain. Pada akhir pengulangan pembabaran itu, aku dan para pelayan menembusi kesucian Sotāpatti. Semenjak itu, aku menugaskan Khujjuttarā untuk pergi ke wihara, mendengarkan Dhamma dan mengulanginya untuk kami.

Sebelum menikah denganku, Raja sudah memiliki istri bernama Māgandiyā. Māgandiyā sangat cemburu kepadaku. Ia berkali-kali memfitnahku di depan Raja. Namun kasih sayangku berkali-kali pula menggagalkan siasatnya.

Māgandiyā sangat marah melihat kedekatanku dengan Raja. Ia mencelakaiku dengan membakar kamarku. Ketika api melalap, tak ada jalan keluar bagi aku dan para pelayan. Namun, kami tetap tenang dan terus bermeditasi. Akhirnya, meskipun kami semua tewas terbakar, sebagian dari kami menembusi Sakadāgāmῑ dan sisanya menembus Anāgāmῑ.

Aku telah terbebas dari nafsu dan kebencian. Tubuhku bisa terbakar, namun batinku tak akan terbakar oleh api mana pun.

Salam Dharma.

 

Sumber: Ehipassiko Foundation

 

Category:

0 komentar: