Tipitaka Harian 001, Udāna 2.1: Pembabaran Mengenai Mucalinda

Kalau biasanya Admin "Buddha Pedia" posting dengan label tertentu untuk jangka waktu 1 minggu alias 7 hari, kami ini Admin "Buddha Pedia" posting untuk jangka waktu yang lebih panjang, yakni 1 bulan (bisa 30 hari, atau 31 hari, atau bahkan 28 hari atau 29, tergantung jumlah hari dalam bulan yang bersangkutan).

Kali ini mulai posting dengan lebel Tipitaka Harian untuk bulan Januari 2022 (01-31 Januari 2022). Semua posting dengan lebel ini bersumber dari Ehipassiko Foundation.


 
Kalyāṇamittā,

Mari ajak keluarga dan sahabat ikut Instagram & Facebook TIPITAKA HARIAN untuk membudayakan baca sutta tiap hari dan senantiasa tumbuh dalam Dhamma.

TIPITAKA HARIAN dikelola oleh
LEMBAGA TIPITAKA INDONESIA
Visi: Melestarikan sabda otentik Buddha.
Misi: Penerjemahan, penerbitan, penyebaran, dan pengajaran Kitab Suci Tipiṭaka dari bahasa Pāḷi ke bahasa Indonesia.

Ajak yang lain ikut juga ya, agar Dhamma dan kemitraan bajik ini terus meluas.

Instagram: https://www.instagram.com/tipitakaharian/
Facebook: https://www.facebook.com/tipitakaharian/

"Apakah orang yang lebih baik dari orang yang baik? Seseorang yang dirinya banyak belajar dan mendorong orang lain banyak belajar." (Aṅguttara Nikāya 4.202)

Ciraṁ Tiṭṭhatu Saddhammo.
Semoga Dhamma sejati bertahan lama.


Udāna 2.1
Pembabaran Mengenai Mucalinda

Demikian yang saya dengar. Pada suatu ketika Bhagavā tinggal di Uruvelā, di tepi Sungai Nerañjarā, di kaki pohon Mucalinda, pada masa awal setelah kecerahan sempurna. Kemudian pada waktu itu Bhagavā duduk bersila selama tujuh hari merasakan kebahagiaan keterbebasan.

Kemudian pada waktu itu badai besar muncul di luar musimnya, tujuh hari cuaca hujan, angin dingin, dan mendung. Kemudian Raja Naga Mucalinda, setelah meninggalkan kediamannya sendiri, melingkari tubuh Bhagavā dengan tujuh kali lilitan, menegak dengan tudung besar terbentang di atas kepala-Nya, “Janganlah Bhagavā kedinginan, janganlah Bhagavā kepanasan, janganlah Bhagavā terusik lalat, nyamuk, angin, panas, dan ular.”

Kemudian dengan berlalunya tujuh hari itu, Bhagavā mentas dari keheningan itu. Kemudian Raja Naga Mucalinda, setelah mengetahui langit cerah tanpa awan, mengurai lilitan dari tubuh Bhagavā; mengubah tampilannya sendiri, mencipta tampilan sebagai pemuda, berdiri di hadapan Bhagavā, bersujud menangkup tangan kepada Bhagavā.

Kemudian Bhagavā, mengetahui kebaikan ini, pada waktu itu menyerukan seruan ini,

“Kebahagiaan dan ketaklekatan bagi yang merasa cukup,
yang mendengar Dhamma, yang melihat;
tanpa niat buruk, bahagia di dunia,
yang terkendali terhadap makhluk hidup.

Ketanpanafsuan di dunia itu membahagiakan,
melampaui sepenuhnya kesenangan indriawi.
Bagi yang telah menyingkirkan keangkuhan ‘aku’,
inilah sesungguhnya kebahagiaan tertinggi.”
-----
Diterjemahkan dari Pāḷi ke Indonesia oleh Handaka Vijjānanda.

Mari budayakan baca sutta tiap hari untuk senantiasa tumbuh dalam Dhamma.

#tipitaka #dhamma #dharma #buddhism #buddhis #agamabuddha #sutta

0 komentar: