A.02 Bhikkhu Sāriputta

 Siswa Utama (Agga-Sāvaka)

Bhikkhu Sāriputta
Unggul dalam Kebijaksanaan Agung


Aku lahir dengan nama Upatissa di Desa Upatissa, dari ibu bernama Sāri. Pada hari yang sama, lahir pula sahabatku, Kolita. Kami berteman dan tumbuh bersama. Aku tumbuh menjadi anak yang lembut dan bijak.

Suatu ketika, di desa kami diadakan “Perayaan Puncak Bukit”. Awalnya, kami sangat menikmati berbagai pertunjukan dalam perayaan itu. Kami tertawa, gembira, takjub akan semua yang ditampilkan. Namun, pada hari ketiga, tak ada lagi tawa di wajah kami, semua kesenangan itu mulai terasa semu. Kami lalu meninggalkan rumah, menjadi petapa, mencari jalan pembebasan.

Kami berguru kepada Petapa Sañjaya. Namun, setelah beberapa tahun, kami merasa ajarannya tak membawa pada keterbebasan. Kami kembali berkelana, berpencar, dan membuat kesepakatan, jika ada yang menemukan guru yang tepat, ia harus memberi tahu yang lain.

Suatu ketika, di Rājagaha, aku bertemu Bhikkhu Assaji, ia berkata kepadaku, “Segala yang muncul, pasti ada sebabnya; dan akhir dari semua itu. Itulah yang diajarkan oleh Bhagavā Gotama.” Seketika itu, aku menembusi kesucian pertama.

Aku segera menemui Kolita dan menceritakan apa yang dikatakan Bhikkhu Assaji. Mendengar itu, Kolita langsung menembusi kesucian pertama. Kami lalu menemui Bhagavā Gotama di Hutan Veḷu, dan memohon penahbisan di bawah bimbingan Buddha. Buddha menahbisku dengan nama Sāriputta “putra Sāri”.

Dua minggu kemudian, saat mengipasi Buddha sambil mendengar Buddha mengajar Bhikkhu Dighanakha, keponakanku, pada saat itu juga, aku menembusi kesucian Arahatta.

Aku bersahabat baik dengan siapa pun. Aku penyabar, rendah hati, dan mau menerima masukan dari siapa pun. Aku kerap mengunjungi dan merawat bhikkhu yang sakit. Aku pun sering membimbing bhikkhu atau perumahtangga menembusi Kecerahan.

Pada ujung hayatku, aku kembali ke desa kelahiranku, beristirahat di kamar tempat aku dilahirkan, mengajarkan Dhamma kepada ibuku, dan mengantarkannya pada kesucian pertama. Dan, pada suatu malam purnama, di bulan Kattika, aku Parinibbāna.

Salam Dharma.


Sumber: Ehipassiko Foundation

Category:

0 komentar: