Siswa Utama (Agga-Sāvaka)
Bhikkhu Sāriputta
Unggul dalam Kebijaksanaan Agung
Aku
lahir dengan nama Upatissa di Desa Upatissa, dari ibu bernama Sāri.
Pada hari yang sama, lahir pula sahabatku, Kolita. Kami berteman dan
tumbuh bersama. Aku tumbuh menjadi anak yang lembut dan bijak.
Suatu
ketika, di desa kami diadakan “Perayaan Puncak Bukit”. Awalnya, kami
sangat menikmati berbagai pertunjukan dalam perayaan itu. Kami tertawa,
gembira, takjub akan semua yang ditampilkan. Namun, pada hari ketiga,
tak ada lagi tawa di wajah kami, semua kesenangan itu mulai terasa semu.
Kami lalu meninggalkan rumah, menjadi petapa, mencari jalan pembebasan.
Kami
berguru kepada Petapa Sañjaya. Namun, setelah beberapa tahun, kami
merasa ajarannya tak membawa pada keterbebasan. Kami kembali berkelana,
berpencar, dan membuat kesepakatan, jika ada yang menemukan guru yang
tepat, ia harus memberi tahu yang lain.
Suatu ketika, di
Rājagaha, aku bertemu Bhikkhu Assaji, ia berkata kepadaku, “Segala yang
muncul, pasti ada sebabnya; dan akhir dari semua itu. Itulah yang
diajarkan oleh Bhagavā Gotama.” Seketika itu, aku menembusi kesucian
pertama.
Aku segera menemui Kolita dan menceritakan apa yang
dikatakan Bhikkhu Assaji. Mendengar itu, Kolita langsung menembusi
kesucian pertama. Kami lalu menemui Bhagavā Gotama di Hutan Veḷu, dan
memohon penahbisan di bawah bimbingan Buddha. Buddha menahbisku dengan
nama Sāriputta “putra Sāri”.
Dua minggu kemudian, saat mengipasi
Buddha sambil mendengar Buddha mengajar Bhikkhu Dighanakha, keponakanku,
pada saat itu juga, aku menembusi kesucian Arahatta.
Aku
bersahabat baik dengan siapa pun. Aku penyabar, rendah hati, dan mau
menerima masukan dari siapa pun. Aku kerap mengunjungi dan merawat
bhikkhu yang sakit. Aku pun sering membimbing bhikkhu atau perumahtangga
menembusi Kecerahan.
Pada ujung hayatku, aku kembali ke desa
kelahiranku, beristirahat di kamar tempat aku dilahirkan, mengajarkan
Dhamma kepada ibuku, dan mengantarkannya pada kesucian pertama. Dan,
pada suatu malam purnama, di bulan Kattika, aku Parinibbāna.
Salam Dharma.
Sumber: Ehipassiko Foundation
0 komentar:
Posting Komentar