A.03 Bhikkhu Mahāmoggallāna

 Siswa Utama (Agga-Sāvaka)


Bhikkhu Mahāmoggallāna
Unggul dalam Pengerahan Kesaktian


Aku lahir pada hari yang sama dengan sahabatku, Upatissa. Aku berasal dari keluarga Moggali di desa Kolita. Karenanya aku diberi nama Kolita. Aku cenderung pemberani dan berjiwa pemimpin.

Bersama Upatissa, aku menikmati setiap pertunjukan dalam “Perayaan Puncak Bukit”, lalu pada hari ketiga, aku mulai merasa semu. Bersama Upatissa, aku meninggalkan rumah, menjadi petapa, mencari jalan pembebasan, belajar dengan Petapa Sañjaya, namun tak merasa terbebaskan.

Tak lama ketika kami berpisah, berpencar menemukan guru yang tepat, Upatissa menemuiku, memberi tahu inti Dhamma yang ia dengar dari Bhikkhu Assaji, “Segala yang muncul, pasti ada sebabnya; dan akhir dari semua itu. Itulah yang diajarkan oleh Buddha.” Seketika itu juga, aku menembusi kesucian pertama.

Kami pun menemui Buddha di Hutan Veḷu. Aku lalu ditahbis oleh Buddha dengan nama Mahāmoggallāna yang artinya “Orang agung dari keluarga Moggallāna”.

Aku mulai berjuang keras bermeditasi di hutan. Namun, pada hari ketujuh, aku terkulai mengantuk kelelahan. Buddha mengerahkan kesaktian-Nya, muncul di hadapan-Ku dan memberikan kiat Dhamma. Aku kembali bermeditasi. Pada malam itu juga, aku menembusi kesucian Arahatta.

Aku pernah menggoncang istana Dewa Sakka, raja para dewa, untuk mengingatkannya agar tak lalai menjalani Dhamma. Buddha juga pernah meminta-ku menundukkan Raja Naga Nandopananda yang sombong. Walau unggul dalam kesaktian, aku juga memiliki kebijaksanaan agung dan piawai mengajar Dhamma.

Karena pada kehidupan lampau, aku pernah membunuh kedua orangtuaku, sebelum akhir hidupku, aku dirajam dan tubuhku dihancurkan. Namun, dengan kesaktian, tubuhku kembali menyatu. Aku lalu menemui Bhagavā, berpamitan kepada-Nya. Ia memintaku mengajar Dhamma kepada para bhikkhu lebih dulu. Setelah mengajar Dhamma, aku Parinibbāna.

Salam Dharma.


Sumber: Ehipassiko Foundation

 

 

 

Category:

0 komentar: