Siswa Utama (Agga-Sāvaka)
Bhikkhu Mahāmoggallāna
Unggul dalam Pengerahan Kesaktian
Aku
lahir pada hari yang sama dengan sahabatku, Upatissa. Aku berasal dari
keluarga Moggali di desa Kolita. Karenanya aku diberi nama Kolita. Aku
cenderung pemberani dan berjiwa pemimpin.
Bersama Upatissa, aku
menikmati setiap pertunjukan dalam “Perayaan Puncak Bukit”, lalu pada
hari ketiga, aku mulai merasa semu. Bersama Upatissa, aku meninggalkan
rumah, menjadi petapa, mencari jalan pembebasan, belajar dengan Petapa
Sañjaya, namun tak merasa terbebaskan.
Tak lama ketika kami
berpisah, berpencar menemukan guru yang tepat, Upatissa menemuiku,
memberi tahu inti Dhamma yang ia dengar dari Bhikkhu Assaji, “Segala
yang muncul, pasti ada sebabnya; dan akhir dari semua itu. Itulah yang
diajarkan oleh Buddha.” Seketika itu juga, aku menembusi kesucian
pertama.
Kami pun menemui Buddha di Hutan Veḷu. Aku lalu ditahbis
oleh Buddha dengan nama Mahāmoggallāna yang artinya “Orang agung dari
keluarga Moggallāna”.
Aku mulai berjuang keras bermeditasi di
hutan. Namun, pada hari ketujuh, aku terkulai mengantuk kelelahan.
Buddha mengerahkan kesaktian-Nya, muncul di hadapan-Ku dan memberikan
kiat Dhamma. Aku kembali bermeditasi. Pada malam itu juga, aku menembusi
kesucian Arahatta.
Aku pernah menggoncang istana Dewa Sakka,
raja para dewa, untuk mengingatkannya agar tak lalai menjalani Dhamma.
Buddha juga pernah meminta-ku menundukkan Raja Naga Nandopananda yang
sombong. Walau unggul dalam kesaktian, aku juga memiliki kebijaksanaan
agung dan piawai mengajar Dhamma.
Karena pada kehidupan lampau,
aku pernah membunuh kedua orangtuaku, sebelum akhir hidupku, aku dirajam
dan tubuhku dihancurkan. Namun, dengan kesaktian, tubuhku kembali
menyatu. Aku lalu menemui Bhagavā, berpamitan kepada-Nya. Ia memintaku
mengajar Dhamma kepada para bhikkhu lebih dulu. Setelah mengajar Dhamma,
aku Parinibbāna.
Salam Dharma.
Sumber: Ehipassiko Foundation
0 komentar:
Posting Komentar