A.04 Bhikkhu Mahākassapa

Siswa Agung (Mahā-Sāvaka)

 

Bhikkhu Mahākassapa
Unggul dalam Laku Tapa Ketat


Namaku Pipphali, putra seorang hartawan. Sejak muda, aku ingin menjadi petapa. Tetapi keluargaku memaksaku menikah. Aku berusaha menghindar. Aku membuat sebuah patung perempuan dan menyatakan bahwa aku hanya ingin menikah dengan perempuan yang serupa patung itu. Ternyata keluargaku berhasil menemukan gadis yang mirip dengan patung itu, namanya Bhaddā Kāpilānī dari Kota Sāgala, Negeri Magadha.

Kami pun menikah. Ternyata Bhaddā Kāpilānī juga ingin menjadi petapa. Kami sepakat bersikap seperti kakak adik saja. Suatu ketika, aku melihat burung-burung sedang memakan cacing dan serangga di sawah. Aku merasa bersalah dan memutuskan menjadi petapa saja. Ternyata Bhaddā juga mengalami hal yang sama. Kami akhirnya setuju menjadi petapa bersama. Namun, di perjalanan, kami berpisah. Saat itu bumi bergoncang.

Ketika bumi bergoncang, Bhagavā tahu, seorang siswa istimewa telah datang. Bhagavā lalu pergi untuk menyambutku di bawah sebatang pohon banyan. Ketika melihat Bhagavā, aku segera tahu, ”Ini pasti guruku. Demi Ia, aku meninggalkan keduniawian.” Segera, aku menyatakan berlindung kepada-Nya. Bhagavā memberiku nama “Mahākassapa” dan mengajariku Dhamma.

Kami berjalan menuju Rajagaha. Di perjalanan, ketika beristirahat, aku melepas jubah luarku, menggelarnya sebagai alas duduk Bhagavā. Ketika Bhagavā memuji jubahku yang halus, dengan penuh bakti, aku persembahkan jubah itu kepada Bhagavā. Sebagai gantinya, Bhagavā memberikan jubah-Nya kepadaku. Bhagavā tahu, kelak, aku akan berperan penting untuk melestarikan Dhamma, setelah ia parinibbāna.

Dengan penuh semangat, aku melakukan tapa keras hingga berhasil menembusi kesucian Arahatta pada hari kedelapan.

Salam Dharma.

 

Sumber: Ehipassiko Foundation

Category:

0 komentar: