A.06 Bhikkhu Bhaddiya Kāḷigodhāyaputta

 Siswa Agung (Mahā-Sāvaka)


Bhikkhu Bhaddiya Kāḷigodhāyaputta
Unggul dalam Martabat Keluarga


Suatu ketika, sepupuku, Anuruddha menceritakan bahwa ibunya akan merestuinya menjadi bhikkhu, jika aku juga pergi bersamanya. Aku pun menjawab, “Jika kepergianmu, kawan, tergantung pada kepergianku, biarkanlah menjadi saling bergantung. Aku, bersamamu … pergi sesuai keinginanmu.”

Ketika itu, sebenarnya aku telah ditunjuk untuk menjadi raja, menggantikan Raja Suddhodana, tetapi akhirnya aku menolak kesempatan itu dan pergi menjadi bhikkhu.

Tak sampai setahun menjadi bhikkhu, aku menembusi kesucian Arahatta. Setelah itu, aku sering berseru, ”Ah, bahagianya! Ah, bahagianya!” Mendengar seruan ini, para bhikkhu mengira aku sedang mengingat kebahagiaan menjadi pangeran. Mereka lalu melaporkan hal ini kepada Bhagavā.

Bhagavā lalu memanggilku. Aku pun menjelaskan, “Dahulu, ketika menjadi pangeran, meski dilindungi istana mewah dan prajurit, aku hidup dalam ketakutan. Namun kini, meski hidup di alam liar, di tempat sunyi, aku hidup tanpa rasa takut. Karena itulah aku sering menyerukan, ‘Ah, bahagianya! Ah, bahagianya!’”

Selama banyak kehidupan aku terlahir dalam keluarga kerajaan. Tekad kuat untuk lahir dalam keluarga kerajaan terbentuk karena perbuatan baikku pada masa Buddha Padumuttara yang kulakukan sampai akhir hayatku. Karena itu, Bhagavā menganugerahiku gelar “Bhikkhu Yang Unggul Dalam Tinggi Status Keluarga”.

Salam Dharma.

 

Sumber: Ehipassiko Foundation

Category:

0 komentar: