A.08 Bhikkhu Piṇḍola Bhāradvāja

 Siswa Agung (Mahā-Sāvaka)


Bhikkhu Piṇḍola Bhāradvāja
Unggul dalam Menyerukan Auman Singa


Pada masa Buddha Padumuttara, hidup seekor singa yang mencari mangsa di gunung. Buddha Padumuttara melihat dengan mata batin bahwa singa itu mampu menembusi Nibbāna. Ia lalu melayang di depan singa itu. Ketika menyadari bahwa yang dilihatnya bukan manusia biasa, singa itu memberikan penghormatan kepada Buddha, mengumpulkan berbagai jenis bunga, dan menaburkannya di tanah sebagai alas duduk-Nya selama tujuh hari. Setelah mati, singa itu terlahir ulang di alam manusia dan dewa, hingga akhirnya terlahir sebagai aku, Bhāradvāja.

Aku menjadi guru di Rājagaha, mengajar dari satu tempat ke tempat lainnya. Namun, dulunya aku sangat tamak, aku suka mencari makanan bersama murid-muridku. Orang-orang menjulukiku Piṇḍola, yang berarti “pencari makanan”.

Suatu ketika, aku kehilangan semua harta dan jatuh miskin. Ketika mendengar Bhagavā mengajar di Rājagaha, aku memutuskan menjadi bhikkhu. Setelah menjadi bhikkhu, aku masih saja tamak, aku membawa mangkuk besar dari labu untuk mengumpulkan makanan. Bhagavā pun menasihatiku. Tak lama, mangkuk itu rusak, aku pun menyadari kekeliruanku dan mengendalikan diri dalam hal makan. Setelah itu, aku menembusi kesucian Arahatta.

Aku bermeditasi dengan tekun dan memiliki kesaktian. Suatu ketika, aku menunjukkan kesaktian di depan banyak orang, terbang mengambil mangkuk yang digantung seorang pedagang kaya di atas bambu tinggi. Bhagavā menegurku dan menetapkan peraturan bahwa bhikkhu tidak boleh memamerkan kesaktian. Setelah menembusi kesucian Arahatta, aku giat mengajarkan Dhamma, salah satunya kepada Raja Udena.

Salam Dharma.

 

Sumber: Ehipassiko Foundation

Category:

0 komentar: