A.10 Bhikkhu Mahākaccāna

 Siswa Agung (Mahā-Sāvaka)


Bhikkhu Mahākaccāna
Unggul dalam Menguraikan Arti Pernyataan Singkat dengan Terperinci


Sebelumnya aku adalah penasihat Raja Avantī. Suatu ketika, sebagai penasihat raja, aku menemui Bhagavā, mengundang-Nya ke Kota Ujjenī untuk mengajar Dhamma. Ketika itu, Bhagavā mengajarkan Dhamma kepadaku dan tujuh utusan raja lainnya. Mendengar Dhamma, kami menembusi kesucian tertinggi, lalu menjadi bhikkhu.

Ketika itu, aku juga meraih kemampuan menelaah Dhamma secara terperinci. Karenanya, Bhagavā meminta agar aku saja yang kembali ke Avantī, mengajarkan Dhamma kepada raja.

Dalam perjalanan kembali ke istana, seorang gadis bernama Telappanāḷi menjual rambutnya demi bisa bederma kepadaku dan tujuh Arahanta lainnya. Keajaiban terjadi, setelah bederma, rambut gadis itu kembali seperti semula. Mendengar berita ini, raja mempersunting Telappanāḷi. Setelah mendengar Dhamma, raja dan banyak orang di Avantī pun menjadi pengikut Buddha.

Suatu saat ketika sedang mengajar, Bhagavā melihat kehadiranku. Bhagavā lalu mengajar Dhamma secara singkat dan kembali ke kuti-Nya. Banyak bhikkhu kebingungan, lalu meminta penjelasan kepadaku. Setelah mendengar penjelasanku, mereka menjadi sangat gembira. Bhagavā sengaja mengajar Dhamma secara singkat, karena tahu aku mampu menjelaskannya kepada mereka.

Meski tinggal di tempat yang jauh, aku sering mengunjungi Bhagavā. Jika aku datang, bhikkhu lain selalu menyediakan tempat duduk untukku. Pada suatu upacara akhir musim hujan, Dewa Sakka melihatku. Ia menjadi begitu girang sampai bersujud memeluk kakiku. Para bhikkhu mengira Dewa Sakka pilih kasih dalam memberi penghormatan. Bhagavā lalu berkata kepada mereka, “Bhikkhu yang menjaga pintu indranya seperti putra-Ku, Mahākaccāna, adalah yang dikasihi para dewa dan manusia.”

Salam Dharma.

 

Sumber: Ehipasiko Foundation

Category:

0 komentar: