Siswa Agung (Mahā-Sāvaka)
Bhikkhu Mahākaccāna
Unggul dalam Menguraikan Arti Pernyataan Singkat dengan Terperinci
Sebelumnya
aku adalah penasihat Raja Avantī. Suatu ketika, sebagai penasihat raja,
aku menemui Bhagavā, mengundang-Nya ke Kota Ujjenī untuk mengajar
Dhamma. Ketika itu, Bhagavā mengajarkan Dhamma kepadaku dan tujuh utusan
raja lainnya. Mendengar Dhamma, kami menembusi kesucian tertinggi, lalu
menjadi bhikkhu.
Ketika itu, aku juga meraih kemampuan menelaah
Dhamma secara terperinci. Karenanya, Bhagavā meminta agar aku saja yang
kembali ke Avantī, mengajarkan Dhamma kepada raja.
Dalam
perjalanan kembali ke istana, seorang gadis bernama Telappanāḷi menjual
rambutnya demi bisa bederma kepadaku dan tujuh Arahanta lainnya.
Keajaiban terjadi, setelah bederma, rambut gadis itu kembali seperti
semula. Mendengar berita ini, raja mempersunting Telappanāḷi. Setelah
mendengar Dhamma, raja dan banyak orang di Avantī pun menjadi pengikut
Buddha.
Suatu saat ketika sedang mengajar, Bhagavā melihat
kehadiranku. Bhagavā lalu mengajar Dhamma secara singkat dan kembali ke
kuti-Nya. Banyak bhikkhu kebingungan, lalu meminta penjelasan kepadaku.
Setelah mendengar penjelasanku, mereka menjadi sangat gembira. Bhagavā
sengaja mengajar Dhamma secara singkat, karena tahu aku mampu
menjelaskannya kepada mereka.
Meski tinggal di tempat yang jauh,
aku sering mengunjungi Bhagavā. Jika aku datang, bhikkhu lain selalu
menyediakan tempat duduk untukku. Pada suatu upacara akhir musim hujan,
Dewa Sakka melihatku. Ia menjadi begitu girang sampai bersujud memeluk
kakiku. Para bhikkhu mengira Dewa Sakka pilih kasih dalam memberi
penghormatan. Bhagavā lalu berkata kepada mereka, “Bhikkhu yang menjaga
pintu indranya seperti putra-Ku, Mahākaccāna, adalah yang dikasihi para
dewa dan manusia.”
Salam Dharma.
Sumber: Ehipasiko Foundation
0 komentar:
Posting Komentar