Siswa Agung (Mahā-Sāvaka)
Bhikkhu Subhūti
Unggul dalam Tinggal tanpa Pertikaian dan Unggul dalam Pantas Menerima Persembahan
Ketika,
kakakku, Anāthapiṇḍika, mempersembahkan Hutan Jeta, aku hadir dan
mendengarkan Bhagavā mengajar. Keyakinan kuat lalu muncul dalam diriku.
Aku pun pergi menjadi bhikkhu. Tak lama, aku menguasai Vinaya dan
mendalami semadi.
Aku lalu tinggal di hutan dan menjalani hidup
sebagai petapa, mengembangkan meditasi kasih sayang, dan menembusi
kesucian Arahatta. Aku hidup bahagia, bebas, dan tenteram. Setiap aku
membahas Dhamma, aku tak pernah merujuk kepada individu tertentu.
Ketika
menyambut derma makanan, di setiap pintu rumah, aku selalu berdiam
dalam Jhāna Kasih Sayang, sehingga para pemberi derma akan mendapat
manfaat kebajikan yang besar.
Suatu ketika dalam perjalananku,
aku mampir di Rājagaha. Aku bertemu Raja Bimbisāra. Ia lalu berjanji
akan membangun kediaman untukku. Tetapi kemudian, ia lupa. Aku jadi
bersemadi di tempat terbuka. Namun, selama itu hujan pun tak turun. Tak
lama, raja ingat akan janjinya dan membangunkan sebuah pondok daun untuk
aku berdiam. Setelah aku masuk ke dalam pondok, bersila di pembaringan
jerami, hujan langsung turun seketika!
Salam Dharma.
Sumber: Ehipassiko Foundation
0 komentar:
Posting Komentar