A.17 Bhikkhu Soṇa Koṭikaṇṇa

Siswa Agung (Mahā-Sāvaka)


Bhikkhu Soṇa Koṭikaṇṇa
Unggul dalam Bercakap Bajik


Ketika sedang mengandung aku, ibuku, Kāḷi Kuraragharikā, mengunjungi rumah orangtuanya di Rājagaha. Di sana, ibu mendengar dua yakkha sedang membahas sifat agung Buddha dan Dhamma. Batin ibu lalu menjadi yakin akan kebajikan Buddha, hingga menembusi kesucian Sotāpatti.

Malam harinya, aku pun lahir. Ketika itu ada kerabat yang menghadiahi anting permata seharga satu koṭi untukku. Itulah sebabnya saya diberi nama Soṇa Koṭikaṇṇa.

Ketika dewasa, suatu ketika dalam kebingungan, aku menyusuri jalan hingga tiba di sebuah pohon. Di sana, aku melihat hantu-hantu menderita. Aku lalu melihat perbuatan jahat yang mengakibatkan mereka terlahir seperti itu. Pandanganku terhadap dunia pun berubah. Sejak kecil aku dekat dengan Bhikkhu Mahākaccāna. Setelah menceritakan kejadian ini kepada Bhikkhu Mahākaccāna, aku bertekad menjadi bhikkhu.

Tapi ketika itu, jumlah bhikkhu di Avantī, tempat tinggalku, tidak cukup sepuluh orang untuk bisa menahbisku. Aku pun berlatih gigih hingga menjadi Arahanta. Tiga tahun setelahnya, ketika berkumpul sepuluh bhikkhu di Avantī, aku pun ditahbis menjadi bhikkhu.

Setelah menjadi bhikkhu, aku pergi menemui Bhagavā. Ketika itu, Bhagavā memintaku membabarkan Dhamma. Buddha memberkahi dan memuji bahwa aku menuturkan Dhamma dengan begitu lengkap dan jernih.

Atas permintaan Bhikkhu Mahakaccana, aku lalu meminta kepada Bhagavā agar syarat penahbisan bhikkhu di Avantī cukup dengan lima bhikkhu saja. Bhagavā pun setuju dan memperbolehkan para bhikkhu di Avantī untuk memiliki beberapa kebutuhan khusus sesuai keadaan di sana, seperti memakai sepatu tebal, membersihkan tubuh setiap hari, menggunakan kulit sebagai penutup tempat tidur, dan menerima jubah untuk bhikkhu lain.

Pujian Bhagavā atas ceramahku disampaikan oleh para dewa kepada ibuku. Ibu lalu memintaku untuk membabarkan Dhamma di kota kami. Pada akhir pembabaran itu, Kātiyānī, sahabat ibu, menembusi kesucian Sotāpatti. Bahkan 900 perampok yang ingin merampok rumah Kātiyānī jadi menyesal dan menjadi bhikkhu di bawah bimbinganku. Mereka semua kelak menjadi Arahanta berkat dorongan semangat dari Buddha.

Salam Dharma.

 

Sumber: Ehipassiko Foundation

Category:

0 komentar: