Bhikkhu Sīvali
Unggul dalam Memeroleh
Tujuh
tahun aku dikandung ibuku, hingga suatu ketika, perut ibu terasa sangat
sakit selama tujuh hari. Namun aku tak kunjung lahir juga. Merasa
ajalnya dekat, ibu meminta ayah pergi bederma kepada Bhagavā. Ayah lalu
pergi menemui Bhagavā dan menceritakan apa yang terjadi. Bhagavā lalu
memberkahi ibu dan seketika aku pun lahir. Aku pun diberi nama Sīvali.
Orangtuaku sangat bahagia dan kembali bederma kepada Bhagavā dan para
bhikkhu.
Ketika dewasa, aku ditahbis menjadi bhikkhu oleh
Bhikkhu Sāriputta. Ketika rambutku dicukur, aku menembusi kesucian
Sotāpatti, lalu Sakadāgāmi. Setelah menjadi bhikkhu, aku pun mencapai
kesucian Arahatta.
Bhikkhu Sāriputta menjelaskan bahwa pada
kehidupan lampau, aku adalah Pangeran Bārānasī yang mengepung Kerajaan
Kosala untuk membalas dendam kematian raja, atas saran ibunya. Rakyat
Kosala menjadi kelaparan, lalu memberontak dan pada hari ketujuh. Akibat
perbuatan itu, aku harus terkandung tujuh tahun di kandungan ibuku yang
juga ibu dari Pangeran Bārānasī.
Namun, karena dermaku pada masa
lampau kepada Buddha dan banyak bhikkhu pada masa Buddha Padumuttara
dan Buddha Vipassi, aku selalu membawa berkah sedari kandungan.
Setelah
menjadi bhikkhu, aku pun tetap membawa berkah. Ketika mengunjungi
Sāmaṇera Revata, Buddha dan para bhikkhu menempuh jalan yang sulit dan
sepi, tidak ada yang bederma. Namun, berkat kesertaanku, Buddha dan para
bhikkhu tetap mendapat derma, bahkan dari dewa.
Aku pernah
menguji keberkahanku dengan pergi bersama banyak bhikkhu ke Himālaya,
tempat tak ada manusia. Namun, Dewa Nāgadatta datang mendermakan nasi
susu kepada kami selama tujuh hari.
Salam Dharma.
Sumber: Ehipassiko Foundation
0 komentar:
Posting Komentar