A.18 Bhikkhu Sīvali

Siswa Agung (Mahā-Sāvaka)


Bhikkhu Sīvali
Unggul dalam Memeroleh


Tujuh tahun aku dikandung ibuku, hingga suatu ketika, perut ibu terasa sangat sakit selama tujuh hari. Namun aku tak kunjung lahir juga. Merasa ajalnya dekat, ibu meminta ayah pergi bederma kepada Bhagavā. Ayah lalu pergi menemui Bhagavā dan menceritakan apa yang terjadi. Bhagavā lalu memberkahi ibu dan seketika aku pun lahir. Aku pun diberi nama Sīvali. Orangtuaku sangat bahagia dan kembali bederma kepada Bhagavā dan para bhikkhu.

Ketika dewasa, aku ditahbis menjadi bhikkhu oleh Bhikkhu Sāriputta. Ketika rambutku dicukur, aku menembusi kesucian Sotāpatti, lalu Sakadāgāmi. Setelah menjadi bhikkhu, aku pun mencapai kesucian Arahatta.

Bhikkhu Sāriputta menjelaskan bahwa pada kehidupan lampau, aku adalah Pangeran Bārānasī yang mengepung Kerajaan Kosala untuk membalas dendam kematian raja, atas saran ibunya. Rakyat Kosala menjadi kelaparan, lalu memberontak dan pada hari ketujuh. Akibat perbuatan itu, aku harus terkandung tujuh tahun di kandungan ibuku yang juga ibu dari Pangeran Bārānasī.

Namun, karena dermaku pada masa lampau kepada Buddha dan banyak bhikkhu pada masa Buddha Padumuttara dan Buddha Vipassi, aku selalu membawa berkah sedari kandungan.

Setelah menjadi bhikkhu, aku pun tetap membawa berkah. Ketika mengunjungi Sāmaṇera Revata, Buddha dan para bhikkhu menempuh jalan yang sulit dan sepi, tidak ada yang bederma. Namun, berkat kesertaanku, Buddha dan para bhikkhu tetap mendapat derma, bahkan dari dewa.

Aku pernah menguji keberkahanku dengan pergi bersama banyak bhikkhu ke Himālaya, tempat tak ada manusia. Namun, Dewa Nāgadatta datang mendermakan nasi susu kepada kami selama tujuh hari.

Salam Dharma.

 

Sumber: Ehipassiko Foundation

Category:

0 komentar: