A.19 Bhikkhu Vakkalī

Siswa Agung (Mahā-Sāvaka)

 

Bhikkhu Vakkalī
Unggul dalam Tekad Keyakinan

Sebelum menjadi bhikkhu, aku menguasai tiga kitab brahmana. Suatu ketika, aku melihat Bhagavā di Sāvatthī. Terpesona, aku mengikuti-Nya sampai ke wihara, duduk di barisan depan, mendengarkan Dhamma. Keyakinanku pada Bhagavā menjadi sangat kuat, sehingga ke mana pun Ia pergi, aku mengikuti-Nya. Agar lebih sering melihat Bhagavā, aku pun menjadi bhikkhu.

Aku selalu berada di dekat Bhagavā, memandangi-Nya setiap waktu, kecuali saat makan, mandi, dan tidur. Suatu ketika, Bhagavā berkata kepadaku, “Vakkalī, apa gunanya memandang tubuh-Ku? Hanya ia yang melihat Dhamma sesungguhnya, yang melihat Aku.” Namun aku benar-benar juga tak ingin jauh dari Bhagavā.

Demi kebaikanku, Bhagavā memintaku pergi meninggalkan-Nya. Aku sangat sedih, tapi tak kuasa menolak. Akhirnya aku pergi ke Bukit Gijjhakūṭa, bermeditasi sangat keras di tepi jurang. Namun, karena terlalu emosional, Kecerahan tak kunjung menghampiri.

Akibat latihan keras dan kurang makan, aku menderita sakit pencernaan parah. Bhagavā melihat deritaku, juga melihat sudah waktunya aku mengalami Kecerahan.

Bhagavā lalu mendatangiku, berbicara kepadaku dari kaki tebing. Gembira melihat kedatangan-Nya, aku langsung melompat ke kaki tebing untuk menemui Bhagavā. Tebing itu cukup tinggi, tapi berkat keyakinanku, aku mendarat tanpa terluka. Seketika itu juga penderitaanku lenyap, berganti sukacita tiada tara.

Bhagavā menanyaiku, “Kamu makan begitu sedikit dan sakit, bagaimana kamu bisa bertahan?” Aku mengatakan bahwa aku memenuhi sekujur tubuh dengan sukacita sehingga rasa sakit ini tertahankan. Aku berjuang gigih siang dan malam, tak lalai mengembangkan penyadaran dan merenungi sifat luhur Buddha.

Bhagavā pun berkata, “Karena bergembira dan penuh keyakinan dalam Dhamma, ia akan menembusi Nibbāna.” Mendengar ini, aku menembusi Arahatta.

Salam Dharma.

 

Sumber: Ehipassiko Foundation

Category:

0 komentar: