Siswa Agung (Mahā-Sāvaka)
Bhikkhu Kuṇḍadhāna
Unggul dalam Pertama Menerima Makanan
Setelah
mendengar ceramah Bhagavā, aku bergabung dalam Saṅgha. Sejak itu, aku
diikuti sesosok hantu perempuan yang tak terlihat olehku. Setiap
menerima derma makanan, para perempuan memasukkan dua porsi makanan ke
dalam mangkuk-ku dan berkata, “Satu untukmu, satu lagi untuk teman
perempuanmu.” Banyak yang kemudian mengejekku sebagai kuṇḍa (pengiring
perempuan) atau Kuṇḍadhāna.
Aku tak mengerti apa yang mereka
bicarakan. Karena terus-menerus diejek, aku jadi kesal dan kasar.
Orang-orang lalu melaporkan sikapku kepada Bhagavā. Raja Pasenadi pun
sampai ingin tahu akan hal ini. Bhagavā menasihatiku untuk bersabar
karena ini adalah buah dari karma masa laluku.
Pada masa Buddha
Kassapa, aku terlahir sebagai dewa pohon yang ingin menguji persahabatan
dua bhikkhu yang berlatih bersama. Ketika salah satu bhikkhu sedang
istirahat, aku berubah wujud aku menjadi hantu perempuan yang merapikan
rambut dan bajunya, lalu mengikuti ke mana pun bhikkhu itu pergi.
Saat
bhikkhu kedua melihat temannya, ia merasa sahabatnya telah melakukan
pelanggaran. Bhikkhu kedua merasa kesal dan tak mau berlatih bersamanya.
Aku berusaha memperbaiki kesalahanku, tetapi persahabatan kedua bhikkhu
itu telah rusak. Aku lalu menjadi takut luar biasa, dan buah karma
buruk pun mengikutiku.
Setelah memahami kejadian sebenarnya, Raja
Pasenadi menyokong segala keperluanku, hingga aku tak perlu pergi
menyambut derma makanan dan dihina orang. Hal ini memungkinkan aku
bersemadi dan akhirnya menjadi Arahanta. Setelah aku menjadi Arahanta,
hantu perempuan itu pun lenyap.
Salam Dharma.
Sumber: Ehipassiko Foundation
0 komentar:
Posting Komentar