Bhikkhu Kāḷudāyī
Unggul dalam Menyenangkan Keluarga
Aku
lahir pada hari yang sama dengan Siddhattha. Aku adalah sahabat
kecil-Nya. Setelah Siddhattha meninggalkan istana, ayah-Nya, Raja
Suddhodana, mengangkatku menjadi penasihat kepercayaan. Ketika mendengar
Siddhattha telah menjadi Buddha, Raja Suddhodana mengutus banyak orang
untuk mengundang-Nya pulang. Namun setelah mendengar Dhamma dan menjadi
bhikkhu, para utusan itu tidak menyampaikan undangan Raja Suddhodana.
Akhirnya,
Raja Suddhodana mengutus aku. Aku meminta izin terlebih dahulu untuk
menjadi bhikkhu. Raja Suddhodana setuju dan berangkatlah aku bersama
seribu orang. Saat mendengar Dhamma, aku menembusi kesucian Arahatta dan
menjadi bhikkhu. Aku tidak lupa pada tugasku. Pada musim semi nan
indah, penuh bunga dan dedaunan, aku mengundang Bhagavā pulang dengan
melantunkan syair:
“Bhagavā, kini pohon bersinar merah, setelah
menggugurkan daun, kini akan berbuah, pepohonan bersinar menyala penuh
harapan, inilah waktunya Pahlawan Agung.
Pohon menyenangkan,
mekar, wanginya ke segala arah, ke mana pun kita lihat sungguh indah,
setelah meluruhkan kelopak, kini akan berbuah, inilah waktunya, Pahlawan
Agung, untuk berangkat.
Tidak terlalu dingin atau panas,
menyenangkan, sesuai untuk perjalanan, perkenankan suku Sākiya dan
Koḷiya melihat-Mu, menyeberangi Sungai Rohiṇī.”
Bhagavā menerima
undanganku dan berangkat bersama para bhikkhu menempuh perjalanan selama
60 hari, menuju tempat kelahiran-Nya. Setiap hari selama perjalanan,
aku terbang ke istana, melaporkan perjalanan Bhagavā dan para bhikkhu.
Aku juga membabarkan Dhamma sehingga keluarga istana bergembira dan
memiliki keyakinan terhadap Buddha dan Dhamma. Setelah membabar Dhamma,
setiap hari, aku pulang dengan membawakan derma makanan dari istana
untuk Bhagavā dan para bhikkhu. Saat Bhagavā tiba di Kapilavatthu,
keluarga Bhagavā menjadi bertambah yakin pada Buddha dan Dhamma.
Salam Dharma.
Sumber: Ehipassiko Foundation
0 komentar:
Posting Komentar