A.32 Bhikkhu Kāḷudāyī



Bhikkhu Kāḷudāyī

Unggul dalam Menyenangkan Keluarga


Aku lahir pada hari yang sama dengan Siddhattha. Aku adalah sahabat kecil-Nya. Setelah Siddhattha meninggalkan istana, ayah-Nya, Raja Suddhodana, mengangkatku menjadi penasihat kepercayaan. Ketika mendengar Siddhattha telah menjadi Buddha, Raja Suddhodana mengutus banyak orang untuk mengundang-Nya pulang. Namun setelah mendengar Dhamma dan menjadi bhikkhu, para utusan itu tidak menyampaikan undangan Raja Suddhodana.

Akhirnya, Raja Suddhodana mengutus aku. Aku meminta izin terlebih dahulu untuk menjadi bhikkhu. Raja Suddhodana setuju dan berangkatlah aku bersama seribu orang. Saat mendengar Dhamma, aku menembusi kesucian Arahatta dan menjadi bhikkhu. Aku tidak lupa pada tugasku. Pada musim semi nan indah, penuh bunga dan dedaunan, aku mengundang Bhagavā pulang dengan melantunkan syair:

“Bhagavā, kini pohon bersinar merah, setelah menggugurkan daun, kini akan berbuah, pepohonan bersinar menyala penuh harapan, inilah waktunya Pahlawan Agung.

Pohon menyenangkan, mekar, wanginya ke segala arah, ke mana pun kita lihat sungguh indah, setelah meluruhkan kelopak, kini akan berbuah, inilah waktunya, Pahlawan Agung, untuk berangkat.

Tidak terlalu dingin atau panas, menyenangkan, sesuai untuk perjalanan, perkenankan suku Sākiya dan Koḷiya melihat-Mu, menyeberangi Sungai Rohiṇī.”

Bhagavā menerima undanganku dan berangkat bersama para bhikkhu menempuh perjalanan selama 60 hari, menuju tempat kelahiran-Nya. Setiap hari selama perjalanan, aku terbang ke istana, melaporkan perjalanan Bhagavā dan para bhikkhu. Aku juga membabarkan Dhamma sehingga keluarga istana bergembira dan memiliki keyakinan terhadap Buddha dan Dhamma. Setelah membabar Dhamma, setiap hari, aku pulang dengan membawakan derma makanan dari istana untuk Bhagavā dan para bhikkhu. Saat Bhagavā tiba di Kapilavatthu, keluarga Bhagavā menjadi bertambah yakin pada Buddha dan Dhamma.

Salam Dharma.

 

Sumber: Ehipassiko Foundation

 

 

Category:

0 komentar: