C.02 Upāsaka Sudatta Anāthapiṇḍika

 


 

Upāsaka Sudatta Anāthapiṇḍika
Unggul dalam Menyokong


Suatu ketika, aku pergi menemui saudaraku di Rājagaha. Ketika itu ia sedang menyiapkan derma makanan untuk Buddha dan para bhikkhu. Mendengar kabar ini, aku merasa sangat bahagia dan tak sabar ingin bertemu Buddha.

Malamnya aku terbangun tiga kali, mengira bahwa fajar telah tiba. Akhirnya, aku keluar dari pintu kamar dan sesosok makhluk bukan manusia membukakan gerbang untukku. Aku pun berjalan menuju tempat Buddha berdiam malam itu.

Ketika aku tiba, Bhagavā sedang bermeditasi jalan, Bhagavā melihatku dan memanggil, “Mari, Sudatta!”. Setelah mendengar Dhamma dari Bhagavā, Aku lalu berlindung kepada Tiratana. Aku mengundang Bhagavā dan para bhikkhu untuk menyambut derma makanan. Saat makan siang itu, aku mengundang Bhagavā bersama para bhikkhu untuk tinggal di Sāvatthī selama musim hujan.

Setelah cukup lama di Rājagaha, Bhagavā pergi ke Sāvatthī. Sepanjang jalan, aku telah menyiapkan tempat istirahat dan makanan untuk Bhagavā dan para bhikkhu.

Aku telah menyiapkan wihara di Sāvatthi. Aku membeli lahan dari Pangeran Jeta dengan kepingan emas yang menutupi lahan itu. Pangeran Jeta ikut mendermakan wilayah masuk lahannya. Wihara itu diberi nama “Jetavana” (Hutan Jeta). Aku mempersembahkan wihara itu kepada Saṅgha.

Aku juga selalu memenuhi kebutuhan para bhikkhu. Aku kerap mengutus pelayan untuk memperbaiki wihara. Tiap sore aku mengirim obat, jubah, dan mangkuk bagi bhikkhu yang memerlukannya. Setiap pagi, ratusan bhikkhu datang ke rumahku untuk menyambut derma makanan. Setiap hari rumahku dipenuhi dengan jubah kuning dan suasana kesucian. Aku juga selalu menyiapkan banyak makanan untuk orang miskin dan pengelana.

Bhagavā pernah berpesan kepadaku, untuk tak puas hanya dengan bederma saja, tapi juga harus melatih diri dengan berdiam dalam kebahagiaan keheningan. Karenanya, aku tekun menjalani sila dan bermeditasi, sehingga mencapai kesucian pertama. Keempat anakku juga mencapai kesucian.

Pada penghujung usia, aku menderita sakit keras sampai tiga kali. Bhikkhu Ānanda dan Bhikkhu Sāriputta menjengukku, sehingga akhirnya aku wafat dengan keyakinan tak tergoyahkan dalam Bhagavā, Dhamma, Saṅgha.

Salam Dharma. 

 

 Sumber: Ehipassiko Foundation

 

Category:

0 komentar: