C.04 Upāsaka Hatthaka Āḷavaka

 


Upāsaka Hatthaka Āḷavaka
Unggul dalam Menarik Pengikut Dengan Empat Dasar Kemenarikan


Pada waktu itu, di Kerajaan Āḷavi, hidup sesosok yakkha (raksasa) bengis bernama Āḷavaka. Ia tinggal di sebatang pohon beringin.

Suatu ketika, Raja Āḷavi, ayahku, beristirahat di bawah pohon itu dan nyaris menjadi santapan Āḷavaka. Ayah lalu berjanji akan mengirimkan satu manusia tiap bulan sebagai santapan Āḷavaka. Raksasa itu pun setuju.

Setiap bulan dikirimlah seorang narapidana. Setelah tak ada lagi narapidana, anak laki-laki di negeri kami pun dijadikan tumbal. Ketika anak laki-laki di negeri kami hanya tersisa aku seorang. Raja pun memutuskan mengorbankan aku, Pangeran Āḷavaka-Kumara, putranya sendiri.

Namun, ketika aku hendak dijadikan persembahan bagi Yakkha Āḷavaka, Bhagavā datang ke kediaman Āḷavaka. Raksasa itu lalu menyerang Bhagavā dengan berbagai senjata. Namun semua senjata itu berubah menjadi bunga surgawi. Āḷavaka lalu menyuruh Bhagavā keluar masuk kediamannya. Bhagavā melakukannya dengan sabar. Āḷavaka lalu menanyakan empat pertanyaan. Bhagavā menjawabnya dengan Dhamma. Setelah mendengar Dhamma, ia pun menjadi siswa Buddha dan tak lagi menyantap manusia.

Karenanya, ketika aku dipersembahkan, Āḷavaka melepaskanku. Setelah itu, aku dikenal dengan nama Hatthaka Āḷavaka, yang berarti “dari tangan Āḷavaka”.

Ketika dewasa, aku bertemu kembali dengan Bhagavā. Saat itu Bhagavā sedang beristirahat di atas tanah, tanpa alas. Aku merasa iba dan bertanya, “Apakah Bhagavā bahagia?” Bhagavā menjawab, “Aku adalah makhluk yang paling bahagia di dunia.” Setelah mendengar Dhamma, aku mencapai kesucian ketiga, Ānāgāmi.

Aku selalu diikuti oleh banyak teman. Aku punya pengikut yang sangat banyak karena aku memiliki empat dasar simpati, yaitu: senang memberi, berucap ramah, berbuat baik, dan memperlakukan orang dengan setara.

Salam Dharma.

 

Sumber: Ehipassiko Foundation

 

Category:

0 komentar: