C.10 Upāsaka Nakulapitā

 

 

Upāsaka Nakulapitā
Unggul dalam Keakraban


Saat Bhagavā mengunjungi Bhesakalāvana, aku dan istriku, Nakulamātā, datang, bersimpuh di kaki Bhagavā, dan memanggil Bhagavā “anak”. Aku dan istriku, Nakulamātā telah menjadi orangtua Bhagavā pada banyak kelahiran lampau. Saat Bhagavā membabarkan Dhamma kepada kami, kami mencapai kesucian pertama.

Suatu ketika, aku menemui Bhagavā dan menceritakan bahwa aku baru saja mengalami sakit parah. Aku sangat gelisah dan cemas. Saat itu, istriku melantunkan syair indah yang membuatku tenang. Berkat syair itu, aku sembuh. Bhagavā berkata, bahwa aku sangat beruntung punya istri yang bisa menjadi penasihat dan pembimbing.

Aku dan istriku telah menjadi sepasang suami-istri yang rukun dalam banyak kelahiran. Ketika kami tua, Bhagavā mengunjungi desa kami lagi. Kami bergantian menuturkan bahwa sejak menikah, kami tidak pernah secara sadar mengkhianati pasangan. Kami lalu bertanya bagaimana agar bisa senantiasa bertemu satu sama lain. Bhagavā menasihatkan:

“Bila suami dan istri berharap bertemu satu sama lain pada kehidupan kini dan kehidupan mendatang, keduanya harus sepadan keyakinan, sepadan sila, sepadan kedermawanan, sepadan kebijaksanaan.

Bila keduanya berkeyakinan dan pemurah, terkendali, hidup sesuai Dhamma; maka suami dan istri, berkata ramah satu sama lain.

Berlimpah kesejahteraan, hidup dengan nyaman; lawan menjadi kecil hati, bila keduanya sepadan sila.

Telah menjalani Dhamma di sini, sepadan laku ritual keduanya; bahagia di alam dewa, mereka yang mendamba kesenangan ikut gembira.”

Salam Dharma.

Sumber: Ehipassiko Foundation

Category:

0 komentar: